Friday, October 11, 2024

GWM Indonesia Menurunkan Harga...

Jumat, 11 Oktober 2024 - 16:45 WIB Jakarta, VIVA - GWM Indonesia terus memperluas...

Kebutuhan Akan Pemisahan Fungsi...

Pentingnya Pemisahan Fungsi Intelijen Dalam dan Luar Negeri Jakarta: Direktur Eksekutif Lembaga Studi Pertahanan...

Pakar Nilai Penting Pemisahan...

Mengapa Fungsi Intelijen Domestik dan Luar Negeri Harus Dipisah? KBRN, Jakarta: Direktur Eksekutif Lembaga...

Urgensi Pemisahan Fungsi Intelijen...

Pentingnya Pemisahan Fungsi Intelijen Dalam dan Luar Negeri Penguatan dan penegasan peran BIN sebagai...
HomeprabowoKota Besar

Kota Besar

67 tahun yang lalu, Presiden Brasil Juscelino Kubitschek membuat keputusan yang tidak biasa. Ia “nekat” memindahkan ibukota Brasil dari Rio de Janeiro ke sebuah hutan belantara di jantung negeri Samba, yang sekarang dikenal dengan nama Brasilia.
Alasan Kubitschek sederhana: Rio de Janeiro, dengan kepadatan populasi dan pesisir yang tinggi, sudah tidak lagi ideal sebagai ibukota negara. Lebih dari itu, Kubitschek bertekad untuk meratakan pembangunan dan kesejahteraan ke daerah pedalaman Brasil.
Keputusan Kubitschek itu mendapat respons yang beragam.
Ada yang menilai keputusannya itu visioner sehingga perlu didukung. Ada pula yang mencemoohnya sebagai ide gila. Ada juga yang mempertanyakan dari mana uangnya.
Singkat cerita, Kubitschek berhasil memindahkan dan membangun ibukota dari nol— suatu hal yang sudah beberapa kali direncanakan tetapi selalu gagal dieksekusi oleh para pendahulunya.
Rubem Antonio Barbosa, Duta Besar Brasil untuk Indonesia, mengatakan, “Sejarah mencatat keputusan dan keberhasilan Kubitschek memindahkan ibukota ke Brasilia sebagai keputusan yang tepat.”
“Penyebaran populasi pun menjadi lebih merata; dan sebagai tolok ukur keberhasilan [ekonomi] Brasilia kini memiliki pendapatan per kapita tertinggi di Brasil [bahkan di Latin Amerika],” katanya.
Tentu, tidak ada ibukota yang sempurna. Masalah akan tetap ada. Begitu pula di Brasilia, yang sejak 1987 diakui sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO karena arsitektur modern dan tata kotanya yang unik.
Dalam 100 tahun terakhir, lebih dari 30 negara telah memindahkan ibukotanya seiring dinamika yang berubah. Inilah realita yang dihadapi. Indonesia tidak terkecuali.
Mengikuti jejak Brasil, pemindahan ibukota Indonesia bukan hanya tentang relokasi geografis, tetapi tentang meredefinisi prioritas pembangunan, pemerataan kesejahteraan, dan menata ulang pusat gravitasi ekonomi dan politik.
Keputusan berani ini–seperti yang pernah diambil Kubitschek–memang tidak mudah tapi dapat berbuah manis di masa depan.
Suka tidak suka, mau tidak mau, Indonesia perlahan memasuki babak baru dalam sejarahnya–sebuah babak yang kelak menjadi cerita inspiratif bagi generasi yang akan datang. Babak itu ada di Nusantara.
*Tulisan ini sebelumnya telah terbit di instagram @hamdan.hamedan

Semua Berita

Prabowo Subianto Berada di Peringkat ke-18 dalam 500 Muslim Paling Berpengaruh di Dunia 2025

Presiden terpilih Prabowo Subianto dinobatkan sebagai salah satu tokoh Muslim paling berpengaruh di dunia untuk tahun 2025, menempati peringkat ke-18 dari 500 tokoh terkemuka. Pengakuan ini dipublikasikan dalam The Muslim 500: The World's 500 Most Influential Muslims 2025. Prabowo...

Prabowo Subianto Dinobatkan Sebagai Tokoh Islam Berpengaruh Dunia Bersama MBZ, MBS, dan Erdogan

Jakarta – Presiden RI terpilih periode 2024-2029, Prabowo Subianto masuk ke dalam daftar top 50 dari 500 tokoh muslim berpengaruh di dunia 2025. Prabowo sendiri menduduki peringkat ke-18. Dikutip dari publikasi The Muslim 500: The World’s 500 Most Influential Muslims...

Prabowo Subianto Berada di Antara Tokoh Muslim Terpenting di Dunia Bersama MBZ, MBS, dan Erdogan

Prabowo Subianto, President-elect of Indonesia for the 2024-2029 term, has been recognized in The Muslim 500: The World's 500 Most Influential Muslims 2025, securing the 18th position. He is listed among prominent Muslim leaders such as Jordan's King Abdullah...

Kategori Berita