Malaysia tidak memiliki sejarah kecap manis dan hanya meniru Indonesia dalam pembuatan Kecap Nomor Satu di dunia. Dalam Frankfurt Book Fair, Jerman, pameran buku terbesar di dunia, almarhum Bondan ‘Maknyus’ Winarno memperkenalkan buku berjudul Kecap Manis: Indonesia’s National Condiment. Buku ini diterbitkan oleh Afterhours Book dan dijual seharga Rp 990 ribu. Buku ini memproklamasikan bahwa kecap manis merupakan pusaka kuliner asli Indonesia.
Lutfi Ubaidillah, seorang pengusaha swasta asal Bandung, adalah seorang penggemar kecap manis yang sangat serius. Dia bahkan memiliki koleksi botol kecap dari berbagai daerah di Indonesia dan memiliki blog khusus tentang kecap asli Indonesia, Wikecapedia. Bondan sendiri juga sempat mengoleksi berbagai merek kecap nusantara, termasuk Kecap Blitar, kecap Zebra dari Bogor, Sawi dari Kediri, Bentoel dari Banyuwangi, Kambing Dua dari Singkawang, kecap Buah Kelapa dari Sumenep, dan Roda Mas dari Banjarmasin.
Di Indonesia, terdapat ratusan perusahaan kecap yang tersebar dari berbagai daerah, mulai dari Medan, Bangka, Garut, Pangandaran, Majalengka, Singkawang, Sumenep di Pulau Madura, hingga Banyuwangi. Beberapa merek kecap telah bertahan hingga beberapa generasi, mulai dari kelas raksasa seperti Bango, Indofood, dan ABC, hingga kelas industri rumah tangga lokal seperti kecap cap Pulau Djawa di Pekalongan, kecap Kentjana di Kebumen, atau kecap Tin Tin asal Garut, Jawa Barat.
Salah satu pabrik kecap tua yang masih bertahan hingga kini adalah Kecap Benteng Cap Istana dari Kota Tangerang dan Kecap Cap Orang Jual Sate dari Probolinggo, Jawa Timur. Namun, tidak jelas apakah kedua pabrik tersebut sudah memproduksi kecap manis sejak awal beroperasi.
Di Malaysia, beberapa perusahaan memproduksi ‘kicap lemak manis’ seperti Cap Jalen, Cap Kipas Udang, Adabi, dan Mudim. Namun, kecap manis mereka kurang kental dan tidak sehitam kecap manis di Indonesia. Bondan menduga bahwa perusahaan-perusahaan Malaysia hanya meniru kecap manis di Indonesia tanpa memiliki sejarah kecap manis mereka sendiri.