Nissan sedang menghadapi berbagai tantangan, mulai dari pemotongan 9.000 pekerjaan hingga penurunan produksi global sebesar 20 persen. Namun, Chief Planning Officer Nissan Amerika Serikat, Ponz Pandikuthira, tetap optimis terhadap masa depan perusahaan Jepang ini. Meskipun pernah mengalami krisis besar pada 1999 yang diatasi melalui aliansi dengan Renault, Nissan kini berjuang untuk menghadapi dampak skandal mantan CEO Carlos Ghosn pada 2018. Meski demikian, perusahaan telah menunjukkan perubahan dengan meluncurkan produk baru seperti SUV full-size Infiniti QX80 dan Nissan Armada. Nissan juga memiliki rencana untuk meluncurkan empat mobil listrik baru, teknologi PHEV, dan generasi terbaru Rogue hingga 2025. Meskipun langkah pemotongan pekerjaan dan produksi menimbulkan kekhawatiran, Pandikuthira menjelaskan bahwa itu adalah bagian dari restrukturisasi biaya untuk menyesuaikan struktur dengan penurunan volume penjualan global. Perusahaan juga fokus pada pengembangan strategi untuk pasar China yang kompetitif. Pandikuthira juga membantah spekulasi krisis likuiditas, menyatakan Nissan memiliki cadangan kas yang memadai. Dengan proyeksi arus kas positif pada tahun keuangan mendatang, Nissan tetap optimis menghadapi masa depan.