Industri otomotif di Indonesia masih menghadapi tantangan pada tahun 2025. Yannes Martinus Pasaribu, seorang pengamat otomotif, memperkirakan bahwa tantangan ekonomi makro dan mikro akan tetap menjadi fokus utama. Faktor termasuk volatilitas nilai tukar rupiah, fluktuasi harga komoditas, inflasi, dan ketegangan geopolitik global yang harus dihadapi. Selain itu, penerapan PPN 12 persen dan kebijakan pajak baru juga menjadi tantangan baru bagi industri otomotif, yang dapat mengakibatkan kenaikan harga signifikan dan mungkin memberatkan konsumen. Selain aspek perpajakan, fluktuasi harga bahan baku dan komponen, ketidakstabilan pasar global, naiknya biaya produksi karena inflasi dan upah yang lebih tinggi, merupakan tantangan tambahan yang dihadapi industri otomotif Indonesia. Hal ini dapat berujung pada penurunan penjualan mobil, penurunan produksi, dan bahkan memaksa industri untuk melakukan pemangkasan SDM yang dapat menyebabkan PHK. Yannes memperkirakan bahwa penjualan mobil diperkirakan mencapai 700 ribu hingga 800 ribu unit di tahun ini, dibandingkan dengan 856.723 unit pada tahun 2024. Angka penjualan mobil di Indonesia pada 2023 mencapai 1.005.802 unit, yang menunjukkan penurunan tren penjualan selama beberapa tahun terakhir. Semua aspek ini akan menjadi pertimbangan penting dalam memprediksi tantangan dan prospek industri otomotif di Indonesia untuk tahun 2025.