Tuesday, April 29, 2025

Prabowo Kritik Para Pengkritik:...

Presiden Prabowo Subianto kembali mengungkapkan kekecewaannya terhadap beragam kritik yang dialamatkan kepada program-program...

Peringatan Hari Bakti Pemasyarakatan...

Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Tembilahan baru saja merayakan Hari Bakti Pemasyarakatan ke-61 dengan...

Pasar Tunggu, Moeldoko Dorong...

Ketua Umum Perkumpulan Industri Kendaraan Listrik Indonesia (Periklindo), Moeldoko, menekankan pentingnya penerapan insentif...

Alex Marquez Bahagia, Marc...

Pada Selasa, 29 April 2025, berita otomotif terpopuler di VIVA mengenai Alex Marquez...
HomeOpiniRantai Pasok Hijau:...

Rantai Pasok Hijau: Tantangan dan Potensi

Mengapa Penerapan Rantai Pasok Hijau Adalah Investasi yang Penting

Menjaga keseimbangan lingkungan bumi memang tidaklah mudah. Data terbaru dari Copernicus Climate Change Service (C3S) menunjukkan bahwa suhu rata-rata global telah meningkat menjadi 14,08 derajat Celsius pada Maret 2025. Hal ini melebihi rata-rata suhu bumi selama 30 tahun terakhir dan juga jauh di atas suhu pra-industri. Perjanjian Paris menetapkan target untuk membatasi pemanasan global di bawah 1,5 derajat Celsius dari masa pra-industri guna mengurangi dampak bencana iklim yang mengerikan.

Tantangan menjaga pemanasan global ini disebabkan oleh peningkatan emisi karbon dioksida. Namun, dunia telah berkomitmen untuk mengurangi emisi ini hingga 45% pada tahun 2030 guna mencapai target pemanasan global 1,5 derajat Celsius. Di Indonesia sendiri, sektor logistik telah menjadi penyumbang signifikan terhadap emisi industri nasional. Oleh karena itu, manajemen rantai pasok yang berkelanjutan semakin penting dalam menghadapi tekanan global untuk mengurangi emisi karbon dan meningkatkan efisiensi rantai pasok.

Isu-isu seputar manajemen rantai pasok semakin krusial mengingat tata kelola logistik yang konvensional cenderung boros energi dan menghasilkan emisi tinggi. Meskipun beberapa perusahaan masih enggan beralih ke praktik rantai pasok yang lebih hijau karena biaya implementasinya dianggap terlalu tinggi, namun penerapan praktik SCM berkelanjutan telah terbukti memberikan manfaat jangka panjang.

Regulasi lingkungan yang semakin ketat, seperti Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM) yang diterapkan oleh Uni Eropa, menunjukkan bahwa perlindungan lingkungan tidak hanya sebuah tren, tetapi merupakan kebutuhan mendesak. Penerapan SCM berkelanjutan tidak hanya dapat mengurangi dampak lingkungan, tetapi juga membantu perusahaan dalam menghemat biaya operasional jangka panjang. Oleh karena itu, langkah-langkah untuk mengadopsi rantai pasok hijau perlu segera dilakukan agar industri Indonesia tetap berdaya saing dan berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan dan ekonomi nasional.

Source link

Semua Berita

Instagram dan Generasi Z: Tantangan Eksistensi vs Ekspektasi

Generasi Z merupakan kelompok yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, yang tengah menemukan identitas mereka melalui media sosial terutama Instagram. Dalam lingkungan digital yang terbiasa dengan teknologi sejak dini, Instagram menjadi pusat ekspresi diri, interaksi sosial, hingga...

Ajang Debat: Gengsi dan Tekanan Sosial

Model United Nations (MUN) telah mengalami pergeseran makna yang signifikan dalam dunia pendidikan yang semakin kompetitif dan visual. Awalnya hanya sebagai simulasi sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk mengasah kemampuan diplomasi dan berpikir kritis, MUN kini menjadi simbol prestise dan ajang...

Manfaat Kapitalisasi Jalan Pintas dalam Pertanian Nusantara

Kapitalisasi pertanian sering dianggap sebagai solusi cepat untuk meningkatkan sektor pertanian di Indonesia. Dari investasi besar hingga penerapan teknologi canggih, konsep ini menghadirkan harapan akan kemajuan. Namun, apakah kapitalisasi benar-benar merupakan jalan terbaik untuk memajukan pertanian di Nusantara? Dalam konteks...

Kategori Berita