Wednesday, July 9, 2025

Opal Suchata dari Miss...

Pemenang Miss World 2025, Opal Suchata Chuangsri, memberikan ucapan selamat kepada Audrey Bianca...

Mengatasi Konflik dan Mendorong...

Bupati Indragiri Hilir (Inhil), H. Herman, SE, MT menghadiri dan membuka kegiatan Sosialisasi...

Rahasia Kulit Sehat Finalis...

Finalis Miss Indonesia 2025 telah menjalani treatment kecantikan yang membantu kulit mereka tetap...

SEKDA Inhil Lepas Kafilah...

Sekretaris Daerah Kabupaten Indragiri Hilir, H. Tantawi Jauhari, M.Si, mewakili Bupati H.Herman secara...
HomeLainnyaNgertakeun Bumi Lamba:...

Ngertakeun Bumi Lamba: Harmoni Cinta Kasih Nusantara dan Semesta

Upacara Ngertakeun Bumi Lamba di Gunung Tangkuban Parahu menjadi pertemuan spiritual lintas budaya yang membangkitkan kesadaran kolektif tentang pentingnya menjaga bumi, mewarisi kearifan leluhur, dan merawat kehidupan bersama dengan cinta kasih.

Embun pagi perlahan beringsut dari sela dedaunan ketika Gunung Tangkuban Parahu tampak sumringah, menyambut ribuan jiwa yang datang dengan hati suci untuk disucikan. Mereka mengenakan busana adat Sunda, Bali, Dayak, Minahasa, dan ragam pakaian tradisional lain se-Nusantara, mengikuti upacara Ngertakeun Bumi Lamba pada Minggu, 22 Juni 2025 — sebuah ritual tahunan yang telah berlangsung selama 17 tahun, tak pernah gagal membangkitkan kesadaran spiritual tentang jalinan manusia dan semesta.

Karinding bergetar di bibir sang Baduy, berbaur lembut dengan harmoni angklung. Suara-suara sakral dari Bali, Minahasa, dan berbagai daerah lainnya menyatu dalam satu nyanyian yang melampaui sekadar bunyi — menjelma menjadi doa dan rasa yang melintasi iman dan budaya.

Suara karinding, angklung, dan tetabuhan dari berbagai penjuru Nusantara mengalun di udara pagi. Tepat di saat gema doa-doa dipanjatkan, terasa kehadiran spiritual yang membaur pada getaran semesta. Ngertakeun Bumi Lamba menjadi peristiwa langka yang mempersatukan para tokoh adat, guru, pendekar, dan sesepuh tanpa sekat pangkat atau latar suku. Andy Utama dalam pidatonya menegaskan kembali pentingnya berbagi cinta tak hanya pada manusia, tapi juga seluruh makhluk dan alam, sejalan dengan visi Yayasan Paseban. “Jangan pernah berhitung dengan semesta,” ucapnya, menegaskan bahwa upaya menjaga bumi bukan sekadar kewajiban, namun pengabdian tulus.

Pada momen tersebut, prosesi adat dimulai dengan penyucian energi bernama ngaremokeun, lalu berlanjut pada ritual doa bersama dan diakhiri dengan simbol syukur di Kawah Ratu. Setiap etape diupayakan menjadi pengingat bagaimana manusia seharusnya bersikap rendah hati di hadapan bumi, sebagaimana diajarkan dalam falsafah Ngertakeun Bumi Lamba. Panglima Jilah dari Dayak menekankan bahwa manusia sangat bergantung pada alam, dan kebersamaan hari itu adalah bentuk nyata dari ikrar menjaga kehidupan.

Di tengah suasana hening, nyaring terdengar seruan Panglima Jilah, pekikan “Taariu!” yang mengejawantahkan sumpah batin untuk melindungi bumi. Di sisi lain, suara Panglima Minahasa menggema, menegaskan pentingnya gunung sebagai penopang masa depan. Di sini, benih Bhineka Tunggal Ika ditanamkan dan semangat Pancasila dihidupkan.

Dalam bayang-bayang gunung, gema amanat Dody Baduy menggema lugas: “Gunung Teu Meunang Dilebur, Lebak Teu Meunang Dirusak.” Pesan tegas ini diteruskan melalui kegiatan nyata oleh Arista Montana dan penguatan gerakan pelestarian oleh Yayasan Paseban, demi menjaga tiga gunung agung yang menjadi poros spiritual alam Sunda.

Ritual telah selesai, namun semangat yang ditanamkan tetap hidup. Upacara ini bukan semata-mata seremoni, melainkan amanah leluhur yang tertanam di dalam sanubari para peserta—sebuah panggilan untuk menghidupi kesadaran ekologis, mempererat persaudaraan lintas keyakinan, dan menghormati bumi. Setiap peserta membawa pulang tanggung jawab untuk merawat bumi dengan penuh kesadaran dan kasih.

Yayasan Paseban dan Arista Montana menjadikan Ngertakeun Bumi Lamba etos sehari-hari; dari penanaman lebih dari 15.000 pohon hingga penyuluhan tentang pentingnya merawat bumi kepada generasi muda. Semua adalah pengejawantahan nilai yang didorong oleh figur seperti Andy Utama dan komunitas di sekitar Megamendung.

Sumber: Ngertakeun Bumi Lamba: Menganyam Cinta Kasih Nusantara Di Tubuh Semesta
Sumber: Ngertakeun Bumi Lamba: Upacara Adat Nusantara Untuk Cinta Kasih Semesta Dan Pelestarian Alam

Semua Berita

Mengatasi Konflik dan Mendorong Ekonomi Kerakyatan: Solusi Terbaik

Bupati Indragiri Hilir (Inhil), H. Herman, SE, MT menghadiri dan membuka kegiatan Sosialisasi Kemitraan Koperasi dengan Usaha Besar yang diselenggarakan di Aula Hotel Inhil Pratama pada Rabu, 25 Juni 2025. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten...

SEKDA Inhil Lepas Kafilah MTQ Ke-43 untuk Ajang Provinsi Riau

Sekretaris Daerah Kabupaten Indragiri Hilir, H. Tantawi Jauhari, M.Si, mewakili Bupati H.Herman secara resmi melepas keberangkatan Kafilah MTQ Kabupaten Inhil yang akan mengikuti Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) ke-43 Tingkat Provinsi Riau Tahun 2025 di Kabupaten Bengkalis. Dalam sambutannya, Sekda...

Wabup Inhil Lantik Kepala Desa Bidari Tanjung Datuk: Langkah Pemkab Inhil dalam Peningkatan Pelayanan Desa

Pada Rabu (25/6) siang, Kepala Desa Bidari Tanjung Datuk di Kecamatan Mandah resmi dilantik oleh Wakil Bupati Indragiri Hilir (Inhil) Yuliantini. Acara pelantikan Kades Muhammad Ali ini turut disaksikan oleh Anggota DPRD Inhil, Pimpinan OPD terkait, Camat, Forkopimcam, dan...

Kategori Berita