Tuesday, November 11, 2025

Kejari Bengkalis Tindak Bendahara...

Penyidik Seksi Pidana Khusus (Pidsus) melakukan pemeriksaan terhadap Ay, bendahara pembantu pelabuhan Roro,...

Ini Dia Pengalaman Menginap...

Wyndham Casablanca Jakarta menawarkan Casablanca Suite yang baru direnovasi sebagai tempat yang menggabungkan...

Sosok Marsinah: Buruh Tangguh...

Pada peringatan Hari Pahlawan, Presiden Prabowo Subianto secara resmi memberikan gelar Pahlawan Nasional...

Lepas Keberangkatan Ashqalany: Kisah...

Forum Wartawan Riau Pos Grup (FW-RPG) Kabupaten Bengkalis melepas Muhammad Ashqalany Aulia Rahman...
HomeLainnyaMahkamah Konstitusi Rumania:...

Mahkamah Konstitusi Rumania: Pemilu Tak Sah Karena Manipulasi Siber

Putusan Mahkamah Konstitusi Romania baru-baru ini yang membatalkan hasil putaran pertama pemilihan presiden menjadi peringatan krusial bagi bangsa-bangsa lain, termasuk Indonesia yang juga menganut sistem demokrasi berbasis teknologi digital. Fenomena ini menunjukkan bahwa teknologi yang semula diharapkan memperkuat demokrasi, justru kini menjadi celah yang bisa dimanfaatkan oleh kekuatan eksternal untuk mengacaukan proses yang sah.

Tidak hanya sekadar aksi kriminal atau tindak pidana siber, ancaman siber yang disponsori negara kini bermetamorfosis menjadi alat perang kekinian yang mengincar stabilitas politik sebuah negara. Bukti yang dikumpulkan oleh badan intelijen Romania mengungkap bahwa pembatalan pemilu mereka lahir dari dua sisi serangan, yaitu peretasan infrastruktur pemilu dan infiltrasi opini publik lewat disinformasi.

Pola Serangan Hibrida: Mengguncang Fondasi Demokrasi

Intrusi Siber Skala Besar

Sebelum dan saat pemungutan suara, Jaringan Teknologi Informasi dan Komunikasi yang menopang sistem pemilu Romania digempur lebih dari 85.000 upaya penyerangan digital. Target mereka bukan cuma pencurian data, tetapi juga sabotase sistem serta manipulasi hasil penghitungan suara secara langsung. Pakar keamanan menegaskan, pola serangan sebesar dan sekompleks ini hanya bisa dilakukan oleh kelompok yang didukung penuh secara militer dan finansial oleh negara asing.

Manipulasi Opini Melalui Disinformasi

Selain kerusakan pada sistem teknis, serangan siber juga hadir dalam bentuk perang informasi. Lewat platform media sosial seperti TikTok serta Telegram, jaringan luar negeri secara terorganisir menyebar narasi palsu untuk mendukung kandidat tertentu—dalam kasus Romania, dukungan diarahkan ke tokoh pro-Rusia, Calin Georgescu, yang mampu memenangkan putaran pertama secara mengejutkan. Tidak hanya itu, dana asing digunakan untuk membayar influencer agar memantik gelombang opini yang menyesatkan. Pelanggaran hukum pemilu digital ini akhirnya diidentifikasi dan dianggap telah membatalkan keabsahan proses pemilu.

Keputusan Mahkamah Konstitusi menyimpulkan, intervensi melalui serangan hibrida—baik secara teknologi maupun rekayasa opini—telah melanggar prinsip jujur, adil, serta legalitas pemilu. Oleh sebab itu, seluruh proses harus diulang demi menjaga kredibilitas demokrasi.

Pelajaran bagi Indonesia: Urgensi Memperkuat Keamanan Siber Nasional

Dampak yang dialami Romania hendaknya menjadi renungan bagi Indonesia. Menjelang pemilihan umum, risiko semacam ini tidak hanya mengancam hasil akhir, namun juga merusak kepercayaan masyarakat pada institusi demokrasi. Serangan siber dapat menjebol pertahanan sistem Komisi Pemilihan Umum dan infrastruktur kunci lainnya, sehingga keaslian hasil pemilu mudah dipertanyakan.

Lebih parah, penyebaran disinformasi dan provokasi yang terstruktur melalui media sosial bisa menjadikan ruang publik ladang konflik. Data manipulatif serta akun bot mampu menciptakan sentimen yang memecah belah kebangsaan, memperuncing polarisasi, serta membuka peluang bagi pihak luar untuk mengendalikan arah politik nasional.

Intervensi siber asing bukan hanya mengancam stabilitas politik, namun juga menggoyahkan fondasi kedaulatan Indonesia. Kebebasan memilih pemimpin dan menentukan masa depan bangsa menjadi taruhan di tangan aktor siber internasional.

Karena itu, pemerintah beserta lembaga terkait seperti POLRI, BSSN, Kominfo, serta TNI, harus bersinergi membangun kekuatan pertahanan siber nasional dengan menyadari bahwa aspek ini kini bagian dari pertahanan negara, setara ancaman militer. Bukan sekedar tindakan reaktif terhadap tindak pidana, namun proaktif menjaga integritas demokrasi dari ancaman lintas negara.

Langkah-langkah strategis, termasuk penguatan pemantauan siber, peningkatan kemampuan melacak aktor asing, sampai pada edukasi literasi digital masyarakat harus diprioritaskan. Hanya dengan kesiapan dan kewaspadaan tingkat tinggi, prinsip bebas dan adil dalam demokrasi Indonesia dapat terus terjaga dari bahaya invasi digital yang makin kompleks.

Sumber: Ancaman Nyata Invasi Siber: Serangan Hibrida, Disinformasi Digital, Dan Ancaman Terhadap Demokrasi Indonesia
Sumber: Ancaman Nyata Invasi Siber: Ketika Demokrasi Di Indonesia Terancam

Semua Berita

Kejari Bengkalis Tindak Bendahara Pembantu Pelabuhan Roro Tersangka Korupsi

Penyidik Seksi Pidana Khusus (Pidsus) melakukan pemeriksaan terhadap Ay, bendahara pembantu pelabuhan Roro, Dinas Perhubungan Kabupaten Bengkalis. Ay didampingi teman sekantornya saat tiba di Kejaksaan Negeri Bengkalis sekitar pukul 10.00 WIB dan langsung menuju ruang Pidsus di lantai dua...

Lepas Keberangkatan Ashqalany: Kisah Manajer PLN ULP Kijang

Forum Wartawan Riau Pos Grup (FW-RPG) Kabupaten Bengkalis melepas Muhammad Ashqalany Aulia Rahman yang telah ditugaskan sebagai Manager PLN ULP Kijang, Kepulauan Riau. Selama 1 tahun 8 bulan memegang posisi Manager PLN ULP Bengkalis, dedikasi Ashqalany dalam memastikan listrik...

Prodi KPI IAIN Bengkalis Siap Jalani Asesmen LAMSPAK

Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) di IAIN Datuk Laksemana Bengkalis sedang menjalani asesmen lapangan oleh Lembaga Akreditasi Mandiri Sosiologi, Politik, Administrasi, dan Komunikasi (LAMSPAK) untuk meningkatkan mutu akademik. Asesmen ini berlangsung selama dua hari di kampus tersebut....

Kategori Berita