Rabu, 10 Juli 2024 – 11:02 WIB
Jakarta, 10 Juli 2024 – Penjualan mobil bekas di Indonesia mengalami lonjakan signifikan dalam beberapa tahun terakhir, dengan prediksi mencapai 1,4 juta unit pada tahun ini. Hal ini menambah total pasar mobil di Indonesia menjadi lebih dari dua juta unit, dengan mayoritas berasal dari mobil bekas.
Baca Juga :
Penjualan Mobil Stagnan di 1 Juta Unit Sejak 2013, Ini Biang Keroknya
Menurut Riyanto, Pengamat dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat – Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, tren peningkatan penjualan mobil bekas ini sudah terlihat sejak tahun 2013-2015.
“Orang bergeser karena harga mobil baru tidak terjangkau dengan pendapatan mereka, sehingga beralih ke mobil bekas,” ujarnya, dikutip VIVA Otomotif di Jakarta.
Baca Juga :
Mobil Gagah Ini Pernah Mengawal Presiden RI, Dijual Rp49 Juta
Riyanto menjelaskan, bahwa penjualan mobil bekas di Indonesia semakin meningkat karena adanya perbedaan harga yang signifikan antara mobil baru dan mobil bekas.
“Depresiasi harga mobil baru cukup tinggi, sehingga banyak konsumen yang memilih untuk membeli mobil bekas,. Tentu mereka ingin membeli mobil baru, namun, karena perbedaan harga yang semakin lebar, konsumen lebih memilih mobil bekas,” ungkapnya.
Baca Juga :
Ada Kaitan antara Aktivitas Seksual dan Ritual Agama Era Mesir Kuno
Selain faktor harga, peningkatan penjualan mobil bekas juga didukung oleh pasar yang semakin transparan. Dalam 10 tahun terakhir, konsumen tidak lagi membeli “kucing dalam karung”. Informasi mengenai cacat kendaraan dan asuransi yang tersedia membuat konsumen merasa lebih aman dalam membeli mobil bekas.
“Pasar mobil bekas sekarang lebih terbuka. Cacat kendaraan diinformasikan dengan jelas, dan ada asuransi yang ditawarkan, sehingga konsumen merasa lebih percaya diri,” kata Riyanto.
Riyanto juga mencatat bahwa kenaikan pendapatan per kapita yang stagnan berkontribusi pada peralihan ke mobil bekas.
“Pendapatan per kapita kita meningkat luar biasa dalam satu dekade terakhir, tetapi kenaikannya tidak signifikan seperti pada tahun 2010 hingga 2013. Dengan pendapatan per kapita US$4.135 (Rp67 jutaan), banyak konsumen merasa mobil baru tidak terjangkau,” jelasnya.
Pada periode 2000-2013, pendapatan rata-rata naik 28,2 persen per tahun sementara harga mobil naik 21,2 persen. Namun, pada periode 2013-2022, pendapatan hanya naik 3,65 persen per tahun, sedangkan harga mobil terus meningkat drastis.
“Kenaikan harga mobil yang tidak sebanding dengan kenaikan pendapatan menciptakan kesenjangan yang mempengaruhi kemampuan beli masyarakat,” tuturnya.
Halaman Selanjutnya
Riyanto juga mencatat bahwa kenaikan pendapatan per kapita yang stagnan berkontribusi pada peralihan ke mobil bekas.