Pemilihan Gubernur Sumatera Utara (Pilgub Sumut) 2024 kemungkinan besar hanya akan diikuti oleh dua pasang calon. Selain Bobby Nasution dengan pasangannya, hanya kandidat dari PDI-Perjuangan yang dapat memeriahkan pertarungan elektoral di provinsi tersebut.
Dengan didukung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi), Bobby telah mendapatkan tiket maju dari enam partai yaitu Partai Gerindra, Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), Demokrat, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan Nasdem.
Di sisi lain, PDI-P masih mencari beberapa nama sebagai calon, termasuk mantan Gubernur Sumut Edy Rahmayadi dan mantan Bupati Tapanuli Utara Nikson Nababan. Berdasarkan hasil Pileg 2024, PDI-P memiliki 21 kursi DPRD Sumut dan dapat mengajukan calon sendiri.
Ketua DPD PDI-P Sumut Rapidin Simbolon mengatakan bahwa mereka tidak akan membiarkan Bobby bersaing dengan kotak kosong. Mereka sudah mengusulkan nama Nikson dan Edy kepada DPP PDIP.
Saat ini, PDI-P sedang menjajaki kemungkinan untuk berkoalisi dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Jika koalisi tersebut terwujud, kedua partai tersebut akan menguasai sekitar 33% kursi di DPRD Sumut.
Analis politik dari Universitas Medan Area, Khairunnisa Lubis, mengatakan bahwa Bobby masih memiliki peluang untuk kalah meskipun didukung oleh koalisi yang besar dan didukung oleh Jokowi. Salah satu hambatannya adalah kinerja Bobby sebagai Wali Kota Medan yang dianggap buruk oleh publik.
Nisah, sapaan akrab Khairunnisa, mencontohkan kebijakan parkir berlangganan yang diterapkan oleh Bobby. Kebijakan tersebut dinilai kontroversial dan menimbulkan protes dari warga.
Menurut Nisah, mayoritas warga Kota Medan cenderung mendukung calon yang diusung oleh PDI-P, baik itu Edy atau Nikson. Dia berpendapat bahwa antusiasme masyarakat Kota Medan terhadap calon dari PDI-P sangat tinggi.
Dalam konteks sejarah pemilihan kepala daerah di Sumatera, Nisah berpendapat bahwa koalisi besar bukan jaminan kemenangan. Dia merujuk pada pemilihan di Aceh dan Kabupaten Batubara yang dimenangkan oleh calon independen.
Analis politik dari Universitas Lampung, Darmawan Purba, juga setuju bahwa Bobby tidak dijamin akan menang meskipun didukung oleh hampir semua partai. Dia menilai bahwa kandidat dari PDIP masih memiliki kesempatan untuk mengalahkan Bobby.
Darmawan juga menyambut baik sikap tegas PDI-P dalam menolak pemilihan lawan kotak kosong. Dia berpendapat bahwa partai politik seharusnya menyediakan banyak calon untuk dipilih langsung oleh rakyat.
Meskipun koalisi parpol yang mendukung Bobby besar, Darmawan berpendapat bahwa kekuatan koalisi tersebut belum tentu kuat. Dia menyoroti sikap Ketua DPD Golkar Sumut yang disebut hanya setengah hati mendukung Bobby karena kecewa tidak mendapatkan tiket dari Golkar.