Nusaperdana.com, Tanjungpinang – Saat ditemui di Kantor Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Pertamanan Kota Tanjungpinang, dalam sesi wawancara terbatas dengan wartawan media ini, Rabu (15/5/2024) Kepala Dinas Perkim, Agustiawarman, S.Sos, MM mengungkapkan sorotan terhadap permasalahan yang membelit bantuan rumah yang tidak layak huni. Agustiawarman menegaskan bahwa segala laporan terkait rumah yang layak mendapatkan bantuan harus memiliki akurasi yang tinggi dan mencerminkan kebutuhan yang sesungguhnya.
Menurutnya, laporan-laporan ini datang dari ketua RT di masing-masing wilayah, yang kemudian dialihkan ke kantor kelurahan sebelum disurvei oleh SKPD terkait. Proses ini dianggap krusial untuk memastikan bahwa bantuan yang disalurkan benar-benar sampai kepada mereka yang membutuhkannya, tanpa terjadi penyimpangan atau penyalahgunaan, tegas dia.
Dikatakannya lagi, program bedah rumah tidak layak huni ini akan diprioritaskan bagi kelurahan yang masuk dalam kawasan kumuh dan kami telah meminta database RTLH dari kelurahan yang berdasarkan usulan-usulan kelurahan untuk rumah tidak layak huni, sebagian kelurahan sudah menjawab dan memberikan data tersebut, terangnya.
Namun, pertanyaan mendasar masih terlintas: Apakah proses ini benar-benar memastikan bahwa bantuan tersebut tepat sasaran? Ataukah ada potensi tertinggalnya rumah-rumah yang sebenarnya layak mendapatkan bantuan? Inilah yang akan menjadi fokus utama dalam sebuah pertanyaan mendatang.
Pada tempat terpisah, Agustri (46) melalui istrinya Rosi (40 tahun) warga tidak mampu tinggal di lingkungan RT 01/RW 10 Kelurahan Kampung Bulang, Kota Tanjungpinang ini mengisahkan, ia bersama anaknya yang masih balita menempati rumah tidak layak dihuni. Atap rumah bocor dan kayunya sudah lapuk, papan dinding di kamar sudah hancur semua.
“Saat hujan, rumah kami banjir, air tergenang dari depan sampai belakang. Terutama saat hujan tengah malam, kami tidak dapat tidur karena harus membuang air yang membanjiri lantai,” ujarnya.
Kami sangat berharap kepada RT dan pemerintah untuk mendapatkan bantuan bedah rumah serta memberikan kami solusi agar masalah rumah kami yang belum pernah mendapat bantuan bedah RTLH bisa teratasi.
Lanjutnya menceritakan, orang tua kami juga asli dari Kampung Bulang. Rumah yang kami tempati sekarang adalah warisan dari almarhum ayah dan ibu kami, tambahnya kepada media ini.
Masyarakat berharap, bahwa bantuan rumah yang tidak layak huni atau rumah dengan kondisi yang sangat memprihatinkan dapat teratasi, tidak hanya menjadi slogan, tetapi benar-benar menjadi solusi bagi mereka yang sangat mengharapkannya. (Anes)