Home Politik Anies terjebak di antara intervensi Istana dan PDI-P

Anies terjebak di antara intervensi Istana dan PDI-P

Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan (PDI-P) membatalkan untuk mengusung Anies Baswedan dalam Pemilihan Gubernur Jawa Barat (Pilgub Jabar). Pada saat-saat terakhir pendaftaran, PDI-P munculkan nama Jeje Wirtadinata dan Ronald Surapradja sebagai pasangan kandidat untuk Pilgub Jabar.

Tanpa memberikan detail, Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI-P Hasto Kristiyanto mengatakan bahwa pencalonan Anies dibatalkan karena adanya pihak yang menghalangi. Ia membantah adanya konflik antara Anies dan PDI-P.

“Hanya ada kekuasaan yang bahkan mau melanggar konstitusi. Hingga akhirnya diciptakan benteng-benteng kekuasaan untuk mengepung PDI-Perjuangan, termasuk Pak Anies,” kata Hasto kepada wartawan di Kantor DPP PDI-P, Jakarta Pusat, Jumat (30/8) dini hari.

Anies sebelumnya diperkirakan akan diusung oleh PDI-P dalam Pilgub DKI Jakarta. Namun, PDI-P malah memilih untuk mengusung kader-kader mereka sendiri di DKI, yaitu Pramono Anung dan Rano Karno.

Berdasarkan informasi terbaru, Anies diisukan akan diusung oleh PDI-P untuk Pilgub Jabar bersama Ketua DPD PDI-P Jabar, Ono Surono. Tim Anies bahkan dikabarkan sudah berada di Bandung, Jawa Barat, pada Kamis (29/8) untuk mengurus dokumen pencalonan Anies.

Hasto menyatakan bahwa ia tidak perlu menyebutkan identitas pihak yang ingin menghalangi Anies. “Rakyat bisa melihat siapa yang mencoba menghalangi Pak Anies,” kata Hasto.

Bedanya, Ono Surono justru mengungkapkan identitas penjagal Anies secara terbuka. Ia menyebut bahwa pencalonan Anies di Pilgub Jabar digagalkan oleh Mulyono dan kelompoknya. Mulyono adalah nama panggilan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Menurut Direktur Eksekutif Citra Institute Yusak Farchan, ada kemungkinan terdapat barter politik dalam pencalonan Anies yang mendadak oleh PDI-P di Pilgub Jabar. Terutama karena sebelumnya nama Anies tidak pernah muncul sebagai kandidat dalam Pilgub Jabar.

Yusak menduga bahwa Anies diberikan tiket maju di Pilgub Jabar dengan syarat untuk mempromosikan pasangan Pramono-Rano di Pilgub DKI. Saat ini, Anies memiliki banyak loyalis dan simpatisan di Jakarta dengan elektabilitasnya mencapai 30-40% dalam berbagai survei.

“Anies sepertinya membaca kepentingan terselubung PDI-P ini,” ujar Yusak.

Anies belum kehilangan kesempatan untuk menang dalam Pilgub Jabar. Pada Pilpres 2024, Anies memiliki dukungan suara yang kuat di Jawa Barat. Bersama Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar, Anies mendapatkan sekitar 9 juta suara.

Meskipun demikian, pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka yang didukung Koalisi Indonesia Maju (KIM) mendominasi dengan raihan 16,8 juta suara. Pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD yang didukung oleh PDI-P mendapatkan 2,8 juta suara.

Yusak menilai bahwa dukungan suara untuk Anies semakin menyempit di Jawa Barat karena adanya koalisi antara Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan NasDem yang mendukung pasangan Ahmad Syaikhu-Ilham Habibie. Bersama PKB, PKS, dan NasDem adalah partai pengusung Anies-Muhaimin dalam Pilpres 2024.

“Kondisi ini cukup berisiko bagi Anies, ditambah lagi dengan persaingan sengit dari Dedi Mulyadi. Lebih baik bagi Anies untuk tidak terjebak dalam permainan PDI-P,” jelas Yusak.

Dukungan dari Koalisi Indonesia Maju (KIM) membuat Dedi Mulyadi menjadi kandidat gubernur dengan elektabilitas tertinggi dalam Pilgub Jabar saat ini. Diduetkan dengan kader Golkar Erwan Setiawan, Dedi memiliki peluang menang mudah setelah Ridwan Kamil (RK) memutuskan maju dalam Pilgub DKI Jakarta.

Direktur Kajian Politik Nasional (KPN) Adib Miftahul memiliki pandangan yang berbeda. Menurutnya, Anies akan kesulitan mendapatkan tiket untuk maju dalam pemilihan.

Loyalis dan simpatisan PDI-P, kata Adib, tidak akan setuju jika Anies dipilih daripada kader-kader yang sudah bekerja keras untuk membesarkan partai di daerah.

“Era PDI-P lebih berfokus pada pengusungan calon internal. Itu bisa menjadi solusi di Jawa Barat. Untuk mengalahkan KIM, harus ada strategi yang tidak klise,” kata Adib kepada Alinea.id.

Pakar politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin mengatakan bahwa ia tidak terkejut ketika mendengar bahwa pencalonan Anies di Jawa Barat dibatalkan. Ia sebelumnya sempat menduga bahwa PDI-P akan menggandeng Ono Surono dengan kader PKB Cucun Ahmad Syamsurijal.

Berbeda dengan situasi di DKI Jakarta, KIM tidak memiliki posisi yang kuat di Jawa Barat. “Di daerah-daerah, PDI-P pasti menjadi lawan utama KIM. Hanya saja, PDI-P harus berkoalisi dengan partai yang mendukung KIM,” ujar Ujang.

Source link

Exit mobile version