Friday, October 4, 2024

Analisis Hasil Pengukuran Stunting...

Prevalensi stunting di Kecamatan Tembilahan Hulu mengalami peningkatan signifikan dari 29 kasus pada...

Motor Touring Honda NT1100...

Jumat, 4 Oktober 2024 - 16:30 WIB Jakarta, VIVA - Produsen otomotif asal Jepang,...

Mimbar publik di ujung...

Kasus-kasus pembubaran acara diskusi dan aksi protes melalui intimidasi dan kekerasan oleh "orang-orang...

Analisis Data Pengukuran Stunting...

Kunjungan posyandu meningkat di tahun 2024, dan kasus stunting di kecamatan Tempuling mengalami...
HomePolitikMengapa komedian terlibat...

Mengapa komedian terlibat dalam timses?

Mengikuti jejak Lies Hartono (Cak Lontong), pelawak Entis Sutisna alias Sule turun ke arena pemilihan kepala daerah sebagai anggota dari tim sukses salah satu pasangan calon. Pekan lalu, Sule resmi diangkat oleh calon Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi sebagai juru bicara tim pemenangan pasangan Dedi-Erwan.

“Sule ini seorang pelawak. Saya yakin dia akan dapat menyampaikan pesan-pesan kepada masyarakat dengan candaan yang menghibur dan menimbulkan tawa,” kata Dedi ketika ditanya oleh wartawan di Subang, Jawa Barat, Jumat (19/9) lalu.

Sule adalah seorang pelawak berdarah Sunda yang lahir di Cimahi, Jawa Barat. Saat karirnya mencapai puncak, Sule pernah dikenal sebagai pelawak dengan bayaran tertinggi. Meskipun tidak lagi tampil di layar televisi, Sule masih sangat populer.

Jika Sule berperan sebagai juru bicara, Cak Lontong dipilih menjadi Ketua Tim Pemenangan Pramono Anung-Rano Karno di Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta 2024. Sebelumnya, Cak Lontong dikenal sebagai pendukung Ganjar Pranowo-Mahfud MD dalam pemilihan presiden 2024.

Dalam Pemilihan Gubernur Banten 2024, pasangan Andra Soni-Ahmad Dimyati Natakusumah secara resmi menunjuk selebritas Raffi Ahmad sebagai ketua tim sukses. Raffi sering dianggap sebagai seorang pelawak karena pengalamannya dalam berbagai sketsa komedi.

Seorang sosiolog dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ) bernama Asep Suryana mengatakan bahwa kehadiran para pelawak di tim sukses calon dalam pemilihan kepala daerah menunjukkan bahwa persaingan politik tidak lagi dianggap serius oleh masyarakat. Para kandidat cenderung lebih memprioritaskan gimmick daripada adu gagasan.

“Pemilu seharusnya membahas tentang kebutuhan hidup orang banyak. Berbagai aspek tersebut menjadi semakin kurang. Sejak Prabowo mengubah politik menjadi hiburan, muncul kecenderungan politik yang kurang substansial,” ujar Asep kepada Alinea.id, Selasa (24/9).

Menurut Asep, pelawak saat ini mampu mengubah pertarungan politik dan adu gagasan yang tajam menjadi hiburan. Mereka juga dapat menjadi daya tarik bagi massa berkat popularitasnya. Terlebih lagi, para pelawak saat ini memiliki banyak pengikut di media sosial atau bahkan memiliki kanal YouTube sendiri.

“Jadi, pelawak ini menjadi duta merek. Politik saat ini adalah politik merek. Dengan kekuatan media massa, media sosial, dan YouTube, pelawak dapat memainkan peran penting dalam kemenangan pasangan calon,” ujar Asep.

Meskipun para komedian ditempatkan di barisan terdepan oleh para kandidat, Asep berharap bahwa pertarungan politik dalam pemilihan kepala daerah tidak turun kualitasnya menjadi sekadar lelucon belaka. “Masalahnya, dalam jangka panjang kita akan kehilangan politik sebagai kebutuhan hidup orang banyak,” tambahnya.

Seorang sosiolog dari Universitas Nasional (Unas) bernama Nia Elvina menganggap wajar jika para komedian saat ini direkrut sebagai anggota tim sukses pasangan calon dalam pemilihan kepala daerah. Ia memperkirakan bahwa para pelawak akan mengikuti jejak para selebriti lain yang terlibat dalam dunia politik.

“Akan mengikuti sejarah fenomena artis masuk ranah politik sebelumnya. Mereka yang kompeten akan bertahan dalam dunia politik sebagai anggota DPR atau dalam pemerintahan,” ujar Nia kepada Alinea.id.

Nia mengakui bahwa para pelawak tidak selalu tajam dalam menganalisis isu-isu sosial dan substansial ketika berhadapan dengan publik atau media. Namun, para calon dapat memanfaatkan popularitas para pelawak dalam pemilihan kepala daerah.

“Sosok seniman atau pelawak akrab dengan masyarakat luas sehingga bisa menjadi pintu masuk untuk memperkenalkan calon pemimpin yang mereka dukung,” ujar Nia.

Seorang analis politik dari Universitas Medan Area, Khairunnisa Lubis, menilai kehadiran para komedian di tim sukses dapat menurunkan ketegangan politik dalam pemilihan yang sering kali tinggi. Apalagi, mereka ditempatkan pada posisi strategis dalam tim pemenangan.

Nisah, panggilan akrab Khairunnisa, juga setuju bahwa para komedian dimanfaatkan oleh para kandidat karena popularitas mereka.

“Itu jelas akan meningkatkan minat pemilih untuk memilih calon yang didukung oleh pelawak, terutama bagi pemilih yang mengidolakan pelawak,” ucap Nisah.

Source link

Semua Berita

Mimbar publik di ujung era Jokowi menghadapi ancaman pemberangusan

Kasus-kasus pembubaran acara diskusi dan aksi protes melalui intimidasi dan kekerasan oleh "orang-orang tak dikenal" semakin meningkat. Baru-baru ini, sekelompok orang membubarkan acara diskusi dengan tema "Silaturahmi Kebangsaan Diaspora Bersama Tokoh dan Aktivis Nasional" di salah satu hotel di...

Mengawasi Penyalahgunaan Bantuan Sosial dalam Pilkada Serentak 2024

Sebagaimana yang terjadi pada Pilpres 2024, bantuan sosial (bansos) masih rawan digunakan untuk memengaruhi preferensi politik publik di Pilkada Serentak 2024. Meskipun direkomendasikan oleh Mahkamah Konstitusi (MK), sampai saat ini belum ada regulasi yang melarang distribusi bansos menjelang pemilu. Peneliti...

Tangan Jokowi Terdapat dalam Daftar Nama 10 Calon Pimpinan KPK

Panitia Seleksi (Pansel) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah mengumumkan sepuluh nama calon pimpinan (capim) dan calon anggota Dewan Pengawas KPK yang lolos seleksi wawancara dan tes kesehatan. Nama-nama tersebut telah diserahkan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Pangkalan Udara...

Kategori Berita