Nusaperdana.com, KAMPAR – Di tengah kondisi keterbatasan, sebuah kisah inspiratif muncul dari rumah batik sederhana di Kabupaten Kampar. Di sini, puluhan anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) dari SLB Negeri Kampar mengembangkan keterampilan dan inovasi. Mereka menemukan identitas dan merancang mimpi menuju kemandirian melalui inovasi batik. Dengan sentuhan tangan yang terampil, mereka berhasil menciptakan karya-karya batik yang tidak hanya indah, tetapi juga sarat makna dan nilai-nilai luhur.
Rumah Batik ABK Mandiri, sebuah kolaborasi antara PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) dan STP Riau, telah menjadi tempat perlindungan bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Melalui seni batik, mereka diajak untuk mengeksplorasi kreativitas, meningkatkan motorik, dan membangun rasa percaya diri.
“Bagi anak-anak kami, batik adalah media untuk berkomunikasi, berekspresi, dan menunjukkan bahwa mereka mampu berkarya. Saat ini ada sekitar 8 hingga 15 anak berkebutuhan khusus yang mahir dalam membuat batik,” kata Liza Wati, seorang guru dan salah satu sosok utama di Rumah Batik ABK Mandiri, Senin (21/10/2024).
Bahkan saat ini, kata Liza, para anak-anak berkebutuhan khusus tidak hanya mahir dalam membuat batik tulis, tetapi juga telah mencoba batik kontemporer; batik yang mencirikan pola-pola yang mewakili kebebasan berekspresi, tidak terikat pada tradisi, dan pola yang lebih modern.
“Alhamdulillah, produksi batik kita sekarang telah meningkat. Dari batik tulis, sekarang sudah ada batik kontemporer. Kami telah dibimbing oleh PHR dan STP Riau selama lebih dari 1 tahun, banyak ilmu dan masukan yang kami terima. Dulu kami hanya bisa memproduksi 10 hingga 15, sekarang bisa mencapai 100 per bulan,” ungkapnya.
Setiap motif batik yang dihasilkan oleh anak-anak ABK Mandiri memiliki cerita dan makna sendiri. Motif Muara Takus, misalnya, tidak hanya sekadar gambar candi, namun juga mencerminkan rasa bangga mereka terhadap sejarah dan budaya Kampar. Begitu pula dengan motif tampuk manggis, pucuk rebung, ikan, dan serat nenas, masing-masing membawa simbolisme kaya dan relevan dengan kehidupan masyarakat setempat.
Kehadiran Rumah Batik ABK tidak hanya memberikan dampak positif bagi anak-anak, tetapi juga bagi masyarakat umum. Karya-karya batik mereka telah sukses menembus pasar dan mendapatkan apresiasi tinggi. Hal ini membuktikan bahwa anak berkebutuhan khusus tidak menjadi penghalang untuk meraih prestasi dan memberi kontribusi bagi masyarakat.
Liza bersyukur anak-anak tersebut mampu berkreasi dan memiliki bakat yang luar biasa. “Kami juga sering mendapat pesanan dari PHR. Jadi tidak hanya ilmu yang diberikan, tetapi PHR juga memberikan peluang. Pertengahan Oktober ini sudah ada 54 helai batik yang kami persiapkan, terima kasih kepada PHR yang telah banyak memberikan dukungan bagi kami,” ujarnya.
Melalui program ini, diharapkan semakin banyak masyarakat yang menyadari potensi dan kemampuan yang dimiliki oleh anak-anak berkebutuhan khusus. Dengan dukungan dan kesempatan yang tepat, mereka dapat tumbuh menjadi individu yang mandiri dan produktif.
Manager CSR PHR WK Rokan, Pandjie Galih Anoraga, juga turut bangga dengan karya dan kompetensi yang dimiliki oleh anak-anak berkebutuhan khusus di Kampar ini. Batik ini diharapkan menjadi ikon daerah dan membawa kebanggaan bagi masyarakat setempat.
“Selain fokus pada operasi yang unggul dan aman, tentu PHR juga serius dalam upaya pemberdayaan masyarakat. Kami berusaha memberikan dukungan terbaik bagi daerah melalui kreasi dan peningkatan kompetensi tersebut,” ujar Pandjie.
Rumah Batik ABK Mandiri adalah bukti nyata bahwa dengan semangat tinggi dan dukungan yang kuat, kita dapat menciptakan perubahan positif bagi kehidupan orang lain. Kisah inspiratif dari anak-anak berkebutuhan khusus yang dibimbing oleh PHR melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) patut dijadikan contoh untuk terus berinovasi dan memberikan kesempatan yang sama bagi setiap individu.
TENTANG PHR WK ROKAN
PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) merupakan salah satu anak perusahaan Pertamina yang bergerak dalam bidang usaha hulu minyak dan gas bumi di bawah Subholding Upstream, PT Pertamina Hulu Energi (PHE). PHR didirikan pada 20 Desember 2018.
Pertamina menugaskan PHR untuk mengelola Wilayah Kerja Rokan sejak 9 Agustus 2021. PHR akan mengelola WK Rokan selama 20 tahun, mulai dari 9 Agustus 2021 hingga 8 Agustus 2041.
Wilayah operasi WK Rokan meliputi sekitar 6.200 km2 di 7 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Terdapat 80 lapangan aktif dengan 11.300 sumur dan 35 stasiun pengumpul. WK Rokan memproduksi seperempat minyak mentah nasional atau sepertiga dari produksi Pertamina. Selain memproduksi minyak dan gas untuk negara, PHR juga mengelola program tanggung jawab sosial dan lingkungan dengan fokus pada pendidikan, kesehatan, ekonomi masyarakat, dan lingkungan.