Calon gubernur dan wakil gubernur (cagub-cawagub) DKI Jakarta Ridwan Kamil-Suswono (Rido) tidak lagi dominan dalam Pilgub DKI. Hasil dari survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) yang dirilis belum lama ini menunjukkan elektabilitas Rido dikalahkan oleh pasangan Pramono Anung-Rano Karno (Pram-Rano).
Menurut LSI, tingkat keterpilihan Pram-Rano mencapai 41,6% pada pertengahan Oktober 2024, naik sekitar 11% dibandingkan hasil survei LSI pada September 2024 di mana Pram-Rano hanya memiliki 28,4%.
Dalam hasil survei terbaru LSI, pasangan Rido hanya memiliki elektabilitas sebesar 37,4%. Sebelumnya, tingkat keterpilihan Rido mencapai 51,8%. Sedangkan pasangan Dharma Pongrekun-Kun Wardhana (Dharma-Kun) relatif stagnan dengan elektabilitas 6,6%.
Survei terbaru LSI dilakukan setelah debat pertama cagub-cawagub DKI Jakarta pada 10-17 Oktober 2024. Survei melibatkan 1.200 warga DKI yang berusia di atas 17 tahun, dengan tingkat kepercayaan survei sebesar 95% dan batas galat kisaran 2,9%.
Manajer Program Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC), Saidiman Ahmad menjelaskan beberapa faktor yang mungkin menyebabkan elektabilitas Pram-Rano meningkat. Salah satunya adalah popularitas Rano yang belakangan dikenal kembali oleh publik sebagai si Doel.
Sebelum terjun ke dunia politik dan bergabung dengan PDI-Perjuangan, Rano dikenal sebagai aktor dan pemain sinetron. Namanya terkenal saat memerankan tokoh si Doel dalam sinetron si Doel Anak Sekolahan.
Selain itu, performa dalam debat juga mempengaruhi peningkatan elektabilitas Pram-Rano. Menurut Saidiman, penonton debat pertama lebih memilih pasangan Pramono-Rano dalam berbagai gagasan dibanding pasangan Rido dan Dharma-Kun. Sentimen identitas dan faktor etnisitas juga turut memainkan peran dalam preferensi politik warga DKI.
Peneliti Charta Politika, Ardha Ranadireksa, mengatakan bahwa elektabilitas Pram-Rano meningkat karena banyak dukungan pemilih beralih dari pasangan Rido. PKS, partai politik yang mewakili pasangan Ridho, juga dinilai gagal merawat elektabilitas pasangan tersebut.
Identitas RK yang masih diasosiasikan dengan suporter Persib Bandung juga menjadi faktor dalam penurunan elektabilitas pasangan tersebut. Di sisi lain, citra Rano Karno sebagai anak Betawi dan popularitasnya sebagai si Doel membantu meningkatkan elektabilitas Pram-Rano.