Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat, memiliki rencana untuk mengubah kawasan cagar budaya nasional di Muaro Jambi menjadi laboratorium pendidikan dan kebudayaan dunia. Dengan memberikan status cagar budaya, akan memudahkan upaya untuk memperkenalkan warisan budaya unik ini ke dunia. Selama kunjungannya ke Alumni Indonesian Field School Archaeology (IFSA) di Desa Lamo, Kecamatan Maro Sebo, Muaro Jambi, Lestari berencana untuk menyelenggarakan forum diskusi aktual kebangsaan dan bernegara untuk membahas potensi kawasan cagar budaya nasional Muaro Jambi. Menurutnya, banyak orang masih belum menyadari nilai luar biasa dan keunikan Muaro Jambi, yang ia pelajari selama studinya di bidang arkeologi. Lestari menekankan pentingnya memanfaatkan warisan budaya ini untuk meningkatkan nilai tambah wilayah dan memberikan kebebasan kepada masyarakat dalam melestarikan tradisi. Penelitian menunjukkan bahwa Muaro Jambi, tanpa menggunakan semen, tetap mampu bertahan lama dan menunjukkan kejayaan pusat peradaban di Asia Tenggara pada abad ke-7 hingga ke-13. Melalui pengajuan status cagar budaya nasional, diharapkan akan mempermudah upaya internasional dalam mempromosikan Muaro Jambi sebagai laboratorium kebudayaan global. Situs Muaro Jambi telah diakui sebagai salah satu pusat peradaban unggul di Asia pada masa tersebut, dengan artefak, monumen, pengetahuan, dan nilai kearifan lokal yang merupakan warisan berharga. Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muaro Jambi masuk dalam daftar tentatif UNESCO untuk nominasi warisan dunia, menurut Direktorat Pelindungan Kebudayaan Ditjen Kebudayaan Kemdikbudristek. Kawasan cagar budaya ini telah ditetapkan sebagai peringkat nasional dengan luas 3.981 hektare, meliputi 8 desa di 2 kecamatan di Provinsi Jambi. Dengan upaya yang ditempuh, diharapkan Muaro Jambi dapat menjadi laboratorium pendidikan dan kebudayaan dunia yang akan menjadi saksi perjalanan sejarah kota Depok.