Monday, March 24, 2025

Tips Penting Rencana Mudik:...

Meningkatnya jumlah pemudik yang mencapai lebih dari 146 juta orang untuk tahun ini,...

Baznas Bengkalis Salurkan Bantuan...

Bupati Bengkalis, Kasmarni, bersama Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kabupaten Bengkalis telah menyalurkan...

Jadwal Mobil SIM Keliling...

Hari ini, Senin 24 Maret 2025, adalah jadwal mobil SIM Keliling di berbagai...

Reformasi Intelijen Indonesia: Menyesuaikan...

Reformasi Intelijen Indonesia memerlukan penguatan pengelolaan SDM yang kompeten dan pengawasan yang lebih transparan agar intelijen dapat lebih efektif dalam menjaga keamanan nasional.
HomeOpiniMengungkap Potensi Pembelian...

Mengungkap Potensi Pembelian Impulsif Konsumen

Di tengah gemerlap lorong-lorong supermarket yang panjang dan berkelok, seringkali konsumen seperti Kayla (31) terpikat oleh produk-produk yang dipajang dengan berbagai warna dan pencahayaan yang menarik. Pusat perbelanjaan modern ini memberikan kepuasan maksimal bagi para pengunjungnya, namun seringkali menyajikan semacam ilusi. Kisah Kayla yang sederhana ini sebenarnya merepresentasikan fenomena pembelian impulsif yang umum terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Teori hierarki kebutuhan dari Abraham Maslow menggambarkan bagaimana kebutuhan dasar manusia berkembang menjadi kebutuhan yang lebih tinggi seiring pemenuhan kebutuhan tersebut. Dalam konteks sosial dan ekonomi saat ini, kebutuhan berperan sebagai motivasi di balik perilaku manusia. Setiap tindakan yang dilakukan oleh seseorang dipengaruhi oleh kebutuhan tertentu, seperti yang dialami oleh Kayla, seorang executive muda yang sukses.

Pembelian impulsif yang dilakukan oleh Kayla sebenarnya merupakan hasil dari lingkungan belanja yang dirancang secara cermat untuk mempengaruhi perilaku konsumen. Dalam studi yang dilakukan oleh Farid dan Ali (2018) terungkap bahwa aspek kepribadian seseorang juga bisa mempengaruhi pembelian impulsif. Daya tarik dari tawaran promosi dan diskon, serta desain interior yang mirip labirin supermarket, dapat memicu pembelian yang tidak terencana dan berlebihan.

Dengan pemahaman yang lebih dalam tentang motivasi di balik pembelian impulsif, konsumen seperti Kayla bisa mengembangkan strategi untuk mengelola dorongan pembelian yang tidak rasional. Melalui kesadaran diri, introspeksi, dan perencanaan yang cermat, kita bisa memprioritaskan kebutuhan sejati dan mengurangi pembelian yang tidak perlu. Hal ini bukan hanya tentang menghemat uang, tetapi juga tentang memilih gaya hidup yang berkelanjutan dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk memahami konsekuensi dari pembelian impulsif dan mengambil langkah-langkah untuk mencegahnya.

Semua Berita

Rantai Pasok Hijau: Tantangan dan Potensi

Mengapa Penerapan Rantai Pasok Hijau Adalah Investasi yang Penting Menjaga keseimbangan lingkungan bumi memang tidaklah mudah. Data terbaru dari Copernicus Climate Change Service (C3S) menunjukkan bahwa suhu rata-rata global telah meningkat menjadi 14,08 derajat Celsius pada Maret 2025. Hal ini...

Strategi Budidaya Kurma di Indonesia: Teknologi dan Inspirasi Sukses

Pertumbuhan komoditas kurma di Indonesia semakin menarik perhatian karena permintaan yang terus meningkat. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa impor kurma ke Indonesia mencapai 55,43 ribu ton pada tahun 2024 dengan nilai US$79,74 juta. Trend impor kurma...

Potensi Cabe Jawa dalam Era Modern

Pernahkah Anda membayangkan bagaimana kehidupan kuliner masyarakat Nusantara saat Kerajaan Majapahit? Apakah mereka telah menikmati kepedasan seperti yang kita nikmati sekarang? Pada masa itu, masyarakat Nusantara belum mengenal cabai merah atau cabai rawit yang sekarang menjadi bumbu utama dalam...

Kategori Berita