Pada tanggal 2 April 2025, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan kebijakan baru yang disebut Reciprocal Tariffs, atau tarif resiprokal, yang lebih tinggi. Perubahan tarif impor juga terjadi di beberapa negara, seperti Korea Selatan yang mengalami kenaikan tarif sebesar 25 persen, lebih rendah dibandingkan Indonesia yang terkena 32 persen. Korea Selatan, yang pada 2024 mengalami defisit perdagangan barang sebesar 66 miliar dollar ke Amerika, tidak mengajukan banding atas tarif impor yang dikenakan. Hyundai Motor Group termasuk Kia juga tidak terpengaruh secara signifikan karena bekerja sama dengan General Motor (GM) dalam mendirikan pusat manufaktur di Georgia, Amerika Serikat. Kerjasama ini telah menghasilkan investasi besar-besaran dengan kapasitas produksi mencapai 696.100 ribu unit per tahun, dimana sebagian besar dikendalikan oleh GM. Dengan demikian, kontribusi Hyundai dan Kia terhadap AS menjadi faktor penentu dalam nilai tarif impor, dengan sebagian besar produksi mobil yang dipasarkan di AS berasal dari lokal, bukan impor. Industri otomotif Korea Selatan menjadi kategori nomor satu untuk ekspor, dengan nilai ekspor kendaraan ke AS mencapai 34,74 miliar dollar pada tahun lalu, yang menyumbang 27,2 persen dari total penjualan mereka ke luar negeri. Beberapa model mobil Hyundai yang laris di AS antara lain All New Santa-Fe, Palisade, dan beberapa model lainnya.