Home Politik Gibran Stumbles Upon Sulfuric Acid

Gibran Stumbles Upon Sulfuric Acid

“Istilah “asam sulfat” ditandai dengan warna biru dan tampaknya memiliki tren meningkat tajam menuju akhir periode, sementara “gemoy” ditandai dengan warna merah dan cenderung stabil atau menunjukkan penurunan sedikit,” tulis pemilik akun @ismailfahmi, itu.

Di X, pakar telematika Roy Suryo turut berkomentar soal polemik asam sulfat yang bikin Gibran ditertawakan warganet. Berbasis video salah sebut Gibran yang beredar di media sosial, Menpora era SBY itu menilai Gibran tak tahu beda antara asam sulfat dan asam folat.

“Masalahnya Pelajaran Kimia soal ASAM SULFAT & FOLAT ini pelajaran level SMA lho, Makin TERCYDUK, Awokwokowi AMBYAR,” ciak Roy di akun @KRMTRoySuryo1.

Google Trends: Asam Sulfat mengalahkan Gemoy

Gambar ini menunjukkan antarmuka Google Trends pada perangkat mobile. Ada dua istilah yang dibandingkan: “Asam sulfat” dan “Gemoy”, dengan pencarian dilakukan untuk Indonesia dalam rentang waktu ‘Past day’ atau ‘Hari sebelumnya’.… pic.twitter.com/VBtvTG90AJ — Ismail Fahmi (@ismailfahmi) December 4, 2023

Pelajaran bagi Gibran

Peneliti Charta Politika Indonesia, Ardha Ranadireksa menilai Gibran terlihat tidak menguasai topik yang dibicarakan saat “merekomendasikan” asam sulfat bagi ibu hamil. Ia menyarankan agar Gibran menjauhi istilah-istilah teknis jika tidak punya kepakaran atau pemahaman mendalam saat sedang berada di forum publik.

“Jangan kemudian untuk tujuan boosting kapabilitas, justru menjadi bumerang ketika menggunakan istilah yang tidak tepat bahkan salah kaprah seperti kasus Gibran ini,” ucap Ardha kepada Alinea.id, Selasa (5/12).

Polemik asam sulfat, kata Ardha, bisa jadi pelajaran berharga bagi Gibran. Ia berharap pendamping Prabowo Subianto itu lebih tekun isu-isu sosial kemasyarakatan yang jadi perhatian publik jelang debat Pilpres 2024.

“Jika dia tetap memaksakan untuk menggunakan istilah-istilah yang, menurut saya, hanya sebagai kosmetik saja, bukan tidak mungkin kesalahan atau blunder akan kembali terjadi,” ucap Ardha.

Meski begitu, Ardha menilai polemik salah sebut Gibran tidak akan berpengaruh banyak terhadap tingkat elektabilitas pasangan Prabowo-Gibran. “Sebagian masyarakat belum menjadikan tingkat intelektualitas sebagai penilaian utama mereka terhadap calon,” imbuhnya.

Senada, peneliti Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Saidiman Ahmad mengatakan publik kemungkinan besar akan “memaafkan” kekeliruan Gibran dalam polemik asam sulfat itu. Ia sepakat level intelektual kurang dianggap penting oleh publik.

Source link

Exit mobile version