Seperti politisi berpengalaman, Atikoh pernah memberikan pesan agar kelompok relawan Ganjar-Mahfud di posko itu tetap solid dan berani melawan intimidasi aparat. “Kita hadapi bersama di tengah masyarakat. Kita pedih bersama, menangis bersama, dan berbahagia bersama,” kata ibu dari Alam Ganjar itu.
Di kubu Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka (Prabowo-Gibran), sosok seperti Fery dan Atikoh tidak terlihat. Sejak bercerai sekitar seperempat abad yang lalu, Prabowo hingga kini masih menjadi duda. Hanya Selvi Ananda, istri Gibran, yang sesekali terlihat mendampingi Gibran saat berkampanye di berbagai daerah.
Peneliti Senior Populi Center Usep Saepul Ahyar menilai sosok Atikoh dan Fery bisa menjadi daya tarik untuk menarik simpati pemilih ke pasangan Ganjar-Mahfud dan AMIN. Keduanya memiliki reputasi yang cukup baik dan tergolong populer di kalangan perempuan.
“Atikoh dan Fery terlihat sederhana. Bahkan, Bu Atikoh adalah cucu kiai. Itu menjadi modal untuk mendekati perempuan Nahdliyin. Saya rasa itu bisa menjadi modal yang baik dengan segmen pemilih perempuan,” ujar Usep kepada Alinea.id, Kamis (7/12).
Atikoh dan Fery juga memiliki latar belakang pendidikan yang cukup baik. Khusus untuk Fery, Usep menyebut pengalamannya sebagai Ketua PKK DKI Jakarta bisa menjadi modal pengetahuan untuk membicarakan berbagai masalah yang dihadapi oleh kaum perempuan sehari-hari.
“Mereka berdua bisa mendapatkan suara perempuan, melalui harga sembako, urusan domestik, emansipasi perempuan, dan hak politik perempuan. Pendidikan anak dan itu juga Bu Fery Farhati juga fokus di bidang itu. Menurut saya, itu adalah modal yang cukup baik dalam membangun jaringan,” kata Usep.
Menurut Usep, kehadiran Fery dan Atikoh dalam kampanye bisa meningkatkan elektabilitas suami mereka masing-masing. Publik hingga saat ini tidak menemukan kecacatan dalam karakter mereka. Keduanya juga terlihat tidak jauh dari masyarakat.
“Issues pamer kemewahan, kami belum mendengarnya juga. Ini adalah modal yang baik. Bu Iriana (Jokowi) dahulu juga turut meningkatkan suara Pak Jokowi. Kesederhanaan Bu Iriana meningkatkan tingkat kesukaan publik kepada Jokowi,” kata Usep.
Lebih jauh, Usep menyarankan agar Atikoh dan Fery lebih intens dalam kampanye. Kehadiran keduanya bisa menjadi keunggulan tersendiri karena Prabowo tidak memiliki figur pendamping. Di sisi lain, momen tatap muka dengan masyarakat umum juga dapat menjadi latihan untuk menjadi ibu negara.
“Saran saya, kerjakan saja. Seharusnya tidak dianggap remeh (kampanye). Lakukan dengan cara yang sungguh-sungguh dan hati-hati,” kata Usep.
Memperkuat simpati
Segendang sepenarian, peneliti politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Wasisto Raharjo Jati yakin Fery dan Atikoh akan memiliki dampak elektoral bagi Ganjar-Mahfud dan AMIN. Keduanya terutama dapat menarik simpati kaum perempuan dan ibu-ibu terhadap suami dan pendamping mereka.
“Tentu saja (kampanye istri kandidat) adalah bagian dari upaya untuk menjangkau segmen pemilih potensial di daerah, terutama kalangan ibu-ibu rumah tangga. Selain itu, keterlibatan para istri ini juga adalah upaya untuk menunjukkan pada publik bahwa mereka juga bagian dari dukungan penting bagi suami mereka yang menjadi capres,” kata Wasisto kepada Alinea.id, Kamis (7/12).
Meski begitu, Wasisto berpendapat Fery dan Atikoh perlu bekerja lebih keras untuk membawa model kampanye yang inovatif dan kreatif. Sejauh ini, Wasisto melihat perhatian publik masih terpusat pada capres dan cawapres.
“Kalau soal efektivitas, masih relatif. Perhatian dari pemilih sebagian besar terfokus pada suami mereka yang menjadi capres. Jika strategi ini dijalankan, sangat tergantung pada topik dan segmen pemilih yang dituju,” kata Wasisto.