Gerindra kembali melakukan manuver dalam Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta 2024. Setelah sebelumnya memviralkan pasangan Budi Djiwandono-Kaesang Pangarep untuk Pilgub DKI, partai yang dipimpin oleh Prabowo Subianto tersebut sekarang merekomendasikan politikus Golkar Ridwan Kamil (RK) untuk maju dalam pilgub yang sama.
Ketua harian DPP Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad, mengklaim bahwa rekomendasi untuk RK sudah disepakati dalam rapat internal Gerindra. Dasco berharap Golkar juga akan mendukung RK untuk bertarung di ibu kota.
“Pasti akan sama, yaitu bahwa RK akan direkomendasikan maju di DKI Jakarta,” ujar Dasco kepada wartawan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, pada Selasa (4/6) yang lalu.
Sejak beberapa bulan lalu, RK telah mendapatkan dua surat tugas dari Golkar. Ia diberi kebebasan untuk memilih Pilgub Jawa Barat dan Pilgub DKI Jakarta. Namun, hingga saat ini RK belum memutuskan langkah politiknya yang baru.
Jika RK akhirnya maju dalam Pilgub DKI Jakarta, maka Gerindra berpotensi menguasai Pilgub Jawa Barat. Saat ini, kader Gerindra Dedi Mulyadi sedang aktif berkeliling Jawa Barat untuk meningkatkan popularitas dan elektabilitasnya.
Menurut Lembaga Studi Visi Nusantara Maju (LS Vinus) yang dirilis pada 8 Mei 2024, tingkat keterpilihan Dedi dalam Pilgub Jawa Barat 2024 mencapai 12,5%, sedikit terpaut dari RK yang mendapatkan 15,25%. Calon lainnya memiliki elektabilitas di bawah 5%.
Bersama Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Demokrat, Golkar dan Gerindra termasuk dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM), koalisi partai pendukung Prabowo-Gibran dalam Pilpres 2024. Untuk saat ini, PAN dan Demokrat hanya mengusulkan kandidat wakil gubernur untuk DKI.
Berbeda dengan Jawa Barat dan DKI Jakarta, partai KIM hampir resmi berkoalisi dalam Pilgub Jawa Timur (Jatim) 2024. Keempat partai sepakat untuk kembali mengusung petahana Gubernur Jatim Khofifah Indarparawansa sebagai kandidat.
Koalisi di tingkat pilpres juga mungkin terjadi di Pilgub Jawa Tengah (Jateng). PAN sudah menyatakan dukungannya terhadap mantan Kapolda Jateng Ahmad Lutfi untuk maju. Lutfi juga masuk dalam bursa kandidat Golkar dan Demokrat. Selain itu, Golkar juga menyiapkan eks Bupati Kendal Dico Ganinduto dalam Pilgub Jateng.
Gerindra cenderung akan mengusung Ketua DPD Gerindra Jateng Sudaryono untuk maju. Namun, Lutfi juga berpotensi diduetkan dengan Sudaryono. Di sisi lain, PDI-P sedang mempersiapkan eks Wali Kota Semarang Hendar Prihadi sebagai kandidat Gubernur Jateng.
Pengamat politik dari Universitas Al-Azhar, Ujang Komaruddin, menilai bahwa KIM sedang berupaya menguasai provinsi-provinsi strategis di Jawa. Hal ini tidak hanya untuk kepentingan pemilihan, namun juga untuk menyelaraskan hubungan antara pusat dan daerah di era pemerintahan Prabowo-Gibran mendatang.
Daerah-daerah strategis harus dikuasai dan dimenangkan oleh KIM yang mendukung Prabowo-Gibran. Menurut Ujang, jika dipimpin oleh pihak yang berbeda atau oposisi, pembangunan akan terhambat.
Direktur Eksekutif Aljabar Strategic Indonesia, Arifki Chaniago, menganggap wajar jika KIM kembali berkoalisi dalam pilkada di Jawa. Pilgub di provinsi-provinsi strategis adalah langkah awal untuk mengorbitkan kader atau calon pemimpin ke level nasional.
Menurut Arifki, hanya PDI-P yang dapat menghentikan dominasi KIM di provinsi-provinsi strategis di Jawa. Di DKI, misalnya, PDI-P dapat berhasil jika mampu meyakinkan Anies untuk kembali mencalonkan diri. Hal ini akan mengganggu upaya KIM dalam menguasai Pulau Jawa.
Pertarungan elektoral antara PDI-P dan KIM serta rezim Jokowi juga diperkirakan akan terjadi di daerah-daerah lain. Contohnya adalah sosok Ahok yang diyakini akan diusung oleh PDI-P dalam Pilgub Sumatera Utara untuk bersaing dengan menantu Jokowi, Boby Nasution.
“Perbedaan antara PDI-P dan KIM mungkin akan terus berlanjut karena Ahok di Medan (Pilgub Sumatera Utara) disiapkan untuk mengalahkan Boby, atau bahkan Anies melawan orang Istana. Itulah narasi yang akan diusung,” ungkap Arifki.