Home Politik Calon menteri luar negeri ideal bagi masa depan

Calon menteri luar negeri ideal bagi masa depan

Isu tentang rumor Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Sugiono, yang diyakini akan diangkat sebagai Menteri Luar Negeri dalam pemerintahan Prabowo Subianto mendatang telah menjadi perbincangan setelah adik Prabowo, Hashim Djojohadikusumo, menyatakan bahwa akan ada empat lulusan SMA Taruna Nusantara yang akan diangkat sebagai menteri.

Bocoran tersebut diungkapkan oleh Hashim dalam acara dialog nasional tentang peningkatan sumber daya manusia untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045 di auditorium Podomoro University, Jakarta pada Sabtu (7/9).

Menurut analis politik dari Universitas Indonesia (UI), Cecep Hidayat, mengangkat sosok politikus yang belum memiliki pengalaman yang cukup dalam urusan diplomatik dan masalah global sebagai Menteri Luar Negeri kurang tepat. Masalah global yang kompleks membutuhkan keahlian khusus dalam diplomasi dan pemahaman atas nilai-nilai hukum internasional.

Cecep menjelaskan bahwa tanpa pengalaman yang cukup dalam politik luar negeri, seorang Menteri Luar Negeri akan mengalami kesulitan dalam menangani isu global, seperti konflik geopolitik, perubahan iklim, keamanan regional, dan hubungan multilateral. Selain itu, kekurangan legitimasi di forum internasional juga dapat menjadi masalah jika seorang menteri tidak memiliki latar belakang yang kuat dalam hubungan internasional.

Selain itu, menteri luar negeri yang berasal dari latar belakang politisi berpotensi memprioritaskan ideologi partai politiknya daripada kepentingan diplomatik yang seimbang. Perbedaan pandangan antara Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam menangani konflik antara Rusia dan Ukraina menjadi contoh yang diungkap oleh Cecep.

Dalam konteks ini, Cecep menilai bahwa menunjuk seorang politikus tanpa rekam jejak diplomatis internasional yang kuat sebagai Menteri Luar Negeri bukanlah pilihan yang tepat. Seorang Menteri Luar Negeri ideal harus memiliki pengalaman ideologi yang luas, kemampuan negosiasi yang tangguh, paham tentang norma internasional, serta mampu berperan sebagai mediator dalam penyelesaian konflik internasional.

Selain itu, kredibilitas di forum internasional juga dianggap penting. Menurut Cecep, sebuah reputasi yang positif di kancah internasional harus dijaga agar hubungan luar negeri dapat berkembang secara konsisten dan berkelanjutan. Artinya, seorang Menteri Luar Negeri harus mampu menjaga kepentingan nasional dengan bijaksana tanpa melupakan agenda global.

Faudzan Farhana, seorang peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), juga menyatakan bahwa penting bagi seorang Menteri Luar Negeri untuk memiliki reputasi yang positif di dunia internasional. Ia menekankan bahwa kepentingan nasional harus menjadi prioritas utama dalam urusan politik luar negeri, bukan hanya ambisi pribadi atau kepentingan presiden semata.

Dengan demikian, pemilihan seorang Menteri Luar Negeri yang berpengalaman dan memiliki pemahaman yang mendalam tentang isu-isu global menjadi hal yang sangat penting untuk menjaga hubungan luar negeri Indonesia dengan negara lain secara efektif dan berkelanjutan.

Source link

Exit mobile version