Peneliti Nusantara Foundation, Imam Rozikin, memperhatikan peningkatan jumlah peneliti asing di Indonesia dan mengungkap aspek keamanan nasional yang perlu diwaspadai. Sejarah membuktikan bahwa penjajahan Belanda tidak hanya menggunakan kekuatan militer, tetapi juga riset antropologi, politik, dan sosial untuk menguasai Nusantara. Imam menyoroti potensi bahaya dari aktivitas penelitian asing di era modern, terutama dengan munculnya proyek seperti NAMRU-2 yang menimbulkan tuduhan riset tersembunyi. Menurutnya, kerjasama internasional harus mengutamakan transparansi dan perlindungan data untuk mencegah eksploitasi yang merugikan Indonesia. Imam juga mengingatkan tentang pentingnya kontrol terhadap riset asing yang dilakukan di Indonesia, terutama dalam hal penggunaan data biologis yang memiliki nilai strategis. Upaya penguatan sinergi antara berbagai lembaga, seperti BRIN, BIN, Kemendikti Saintek, TNI, Polri, dan instansi terkait, serta peningkatan kapasitas teknologi pengawasan menjadi kunci dalam melindungi kepentingan nasional dari ancaman eksploitasi. Dengan regulasi yang kuat, teknologi modern, dan koordinasi yang baik, Indonesia dapat menjaga kedaulatan dan keamanannya, sambil tetap memanfaatkan potensi kolaborasi riset internasional. Langkah-langkah ini dianggap penting untuk mencegah penelitian asing menjadi ancaman laten yang sulit dikendalikan.