Pemerintah Indonesia dinilai belum serius dalam upaya mengendalikan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) karena masih melakukan impor daging dari negara-negara yang belum bebas PMK, seperti India. Menurut Guru Besar IPB, Prof. Dwi Andreas Santosa, Indonesia harus menghentikan impor dari negara-negara yang belum bebas dari PMK jika ingin terhindar dari penyebaran virus tersebut. Ia menegaskan pentingnya tidak mengimpor daging dari negara yang belum bebas PMK untuk mencegah risiko penularan. Saat ini, wabah PMK kembali merebak di Indonesia dan dianggap sebagai gelombang kedua setelah yang terjadi pada tahun 2022. Prof. Dwi Andreas juga menduga bahwa impor daging sapi dari India menjadi salah satu penyebab gelombang pertama wabah PMK di Tanah Air karena India belum bebas dari penyakit tersebut. Dampak wabah PMK ini sangat signifikan terutama bagi peternak, dengan penurunan populasi sapi perah hingga ribuan ekor. Meskipun pemerintah tetap melanjutkan rencana impor daging, namun dalam waktu dekat, mereka akan menugaskan BUMN Pangan untuk mengimpor daging kerbau, namun penundaan tetap dilakukan agar peternak lokal dapat menikmati masa panen. Penugasan impor daging tersebut diharapkan dapat selesai pekan depan dan target pengadaan 100.000 ton daging kerbau dari India. Semua keputusan ini diambil dengan mempertimbangkan dampak yang luas terhadap industri peternakan di Indonesia. Selain itu, pemerintah juga sedang mengkaji langkah-langkah preventif lebih lanjut untuk mencegah penyebaran wabah PMK di masa depan.