Sunday, April 27, 2025

Pentingnya Upgrade Lampu Motor...

Penggunaan lampu LED semakin populer di kalangan pemilik motor di Indonesia dalam beberapa...

Tenggelam di Sungai Kampar:...

Suwarni (61), seorang warga Desa Palung Raya, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar yang tenggelam...

Marquez di Garasi, Mobil...

Pada hari Minggu, 27 April 2025 pukul 08:15 WIB, terdapat beberapa berita yang...

Tips Berkegiatan Sehari-hari: Mari...

Pekanbaru - Dalam suasana bulan Syawal, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Riau dan Ikatan...
HomeOpiniBagaimana Konsumen Akses...

Bagaimana Konsumen Akses Informasi: Dari Mesin Pencari ke Media Sosial

Perilaku manusia dipengaruhi oleh berbagai stimulus yang mereka terima dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari penglihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman, hingga perabaan. Setiap stimulus ini membentuk pola perilaku yang kemudian dianalisis oleh pasar untuk memahami bagaimana manusia memproses informasi, mulai dari penyimpanan di otak hingga tahap pengambilan keputusan.

Dengan perkembangan zaman, perilaku konsumen juga mengalami perubahan signifikan. Teknologi dan kejadian penting seperti pandemi telah mendorong perubahan ini. Kepraktisan dan kecepatan menjadi kunci dalam segala hal, mulai dari kuliner, fashion, transportasi, hingga teknologi. Untuk menyokong gaya hidup yang semakin dinamis dan terburu-buru, berbagai industri berlomba-lomba menawarkan kemudahan kepada konsumen.

Salah satu fenomena menarik terjadi dalam pola pencarian informasi. Sebagian besar konsumen, terutama Generasi Z, beralih dari mesin pencari tradisional ke platform video pendek seperti TikTok. Mereka lebih suka mencari informasi melalui video pendek yang menarik secara visual dan langsung pada intinya. Alasan di balik hal ini adalah kemudahan akses dan daya tarik konten visual yang singkat.

Adopsi tren ini paling signifikan di kalangan Generasi Z, yang dikenal sebagai konsumen target di pasar digital. Survei dari Adobe menemukan bahwa sebagian besar Generasi Z kini menggunakan TikTok sebagai mesin pencari mereka, mengungguli penggunaan mesin pencari tradisional. Perubahan ini juga mulai merambah ke Generasi Milenial, yang juga mulai mengandalkan platform video pendek untuk mencari informasi sehari-hari.

Konten video pendek bukan hanya menjadi tren dalam pemasaran digital, tetapi juga memberikan wawasan berharga bagi perusahaan. Video pendek di bawah 90 detik terbukti efektif dalam menarik perhatian konsumen dan memengaruhi keputusan pembelian. Strategi pemasaran saat ini cenderung mengadopsi personalisasi konten, pemasaran komunitas, dan penggunaan konten yang dihasilkan pengguna (UGC) untuk meningkatkan keterlibatan konsumen.

Konsep perilaku konsumen yang dijelaskan oleh Michael R. Solomon juga menyoroti pentingnya penggunaan video pendek dalam strategi pemasaran. Pengambilan keputusan konsumen dipengaruhi oleh berbagai tahap memori, mulai dari memori sensorik hingga memori jangka panjang. Dengan memahami proses memori konsumen, perusahaan dapat merancang konten video pendek yang efektif dan mempengaruhi keputusan pembelian.

Pergeseran ini tidak hanya relevan bagi Generasi Z, tetapi juga memberikan peluang bagi bisnis B2B untuk menyesuaikan strategi pemasaran mereka. Meskipun TikTok lebih dikenal sebagai platform hiburan, hal ini tidak menghalangi bisnis untuk memanfaatkannya sebagai alat komunikasi yang strategis. Peningkatan keterlibatan emosional dengan audiens dapat membantu memperluas jangkauan produk dan membangun citra brand yang kuat.

Dengan pendekatan yang tepat, TikTok dan platform video pendek lainnya bukan hanya menjadi ruang hiburan, tetapi juga alat komunikasi yang kuat dalam membangun koneksi dengan audiens lintas generasi. Stakeholder dan perusahaan harus memahami perubahan tren digital dan perilaku konsumen untuk tetap relevan dan bersaing di pasar yang terus berubah. Hal ini tidak hanya tentang mengikuti tren, tetapi juga tentang bagaimana brand hadir secara bermakna di mata konsumen di era digital.

Source link

Semua Berita

Instagram dan Generasi Z: Tantangan Eksistensi vs Ekspektasi

Generasi Z merupakan kelompok yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, yang tengah menemukan identitas mereka melalui media sosial terutama Instagram. Dalam lingkungan digital yang terbiasa dengan teknologi sejak dini, Instagram menjadi pusat ekspresi diri, interaksi sosial, hingga...

Ajang Debat: Gengsi dan Tekanan Sosial

Model United Nations (MUN) telah mengalami pergeseran makna yang signifikan dalam dunia pendidikan yang semakin kompetitif dan visual. Awalnya hanya sebagai simulasi sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk mengasah kemampuan diplomasi dan berpikir kritis, MUN kini menjadi simbol prestise dan ajang...

Manfaat Kapitalisasi Jalan Pintas dalam Pertanian Nusantara

Kapitalisasi pertanian sering dianggap sebagai solusi cepat untuk meningkatkan sektor pertanian di Indonesia. Dari investasi besar hingga penerapan teknologi canggih, konsep ini menghadirkan harapan akan kemajuan. Namun, apakah kapitalisasi benar-benar merupakan jalan terbaik untuk memajukan pertanian di Nusantara? Dalam konteks...

Kategori Berita