Thursday, December 5, 2024

Aktivis Menghidupkan Tradisi Leuit...

Yayasan Paseban bersama Arista Montana memfokuskan upaya pelestarian leuit sebagai cara menjaga ketahanan pangan berbasis kearifan lokal di tengah tantangan modernisasi.

Irving-Sugianto 9,8%, Afni-Syamsurizal 31,6%,...

Nusaperdana.com,Pekanbaru—Lembaga Indikator Politik Indonesia merilis hasil survei tiga pasangan calon bupati-wakil...
HomeprabowoPerang Kutu, Studi...

Perang Kutu, Studi Klasik Tentang Perang Gerilya

“Ditulis oleh Robert Taber”

“Kemungkinan perang antara tentara konvensional melawan tentara gerilya berakhir dalam kondisi tidak jelas siapa yang menang dan siapa yang kalah selalu sangat tinggi,” tulis Robert Taber. Dalam buku ini, Robert membahas taktik dan hasil perang gerilya di Kuba, Tiongkok, Algeria, Vietnam, Afghanistan, dan beberapa konflik lainnya. Ia menyampaikan gagasan “hitungan multiplier” kekuatan tentara gerilya yang menjalankan taktik gerilya.

Robert Taber adalah seorang jurnalis perang yang pernah bertugas sebagai prajurit Angkatan Darat Tentara AS di Perang Dunia Kedua. Sebagai jurnalis perang, ia menghabiskan banyak waktu di Kuba pada tahun 1950an untuk mengikuti perjuangan gerilya Fidel Castro dan Che Guevara melawan Presiden Kuba dukungan AS, Fulgenico Batista.

Di Kuba, Robert menyaksikan bagaimana 500 tentara terlatih yang menjalankan taktik perang gerilya “sering kali seperti punya kekuatan 5.000 tentara atau lebih”.

Prinsip ini sekarang dikenal sebagai “hitungan multiplier” dalam menghitung kekuatan pasukan yang menyerang dengan bergerilya. Prinsip ini sangat berharga bagi saya dan TNI Angkatan Darat, karena sering kali musuh yang kita hadapi menggunakan taktik gerilya. Jika kita anggap remeh, “ah kita hanya menghadapi sekian orang, jumlah pasukan kita sepuluh kali lebih banyak”, hampir dapat dipastikan kita akan menghadapi kesulitan.

Dalam buku ini, Robert juga menyampaikan bahwa hitungan multiplier pasukan gerilya dimungkinkan karena “seluruh pasukan gerilya yang sukses terlebih dahulu sukses memenangkan hati dan dukungan warga sipil”. Dengan dukungan warga sipil, kekuatan pasukan gerilya seakan berlipat ganda karena urusan logistik seperti makan, minum, tempat tidur sering kali didukung warga sipil.

Hal ini jadi sangat penting, karena artinya jika TNI berhadapan dengan pasukan yang bergerilya, TNI harus mampu memenangkan hati warga sipil. Jika TNI mampu mendapatkan hati dan dukungan warga sipil, sebagian besar kekuatan pasukan musuh yang bergerilya akan hilang.

Artikel ini telah diambil dari tulisan Robert Taber di situs Prabowo Subianto.

Source link

Semua Berita

Prabowo Subianto Janji Program Kesejahteraan Sentuh Anak-anak di Seluruh Indonesia

Jakarta – Presiden terpilih Prabowo Subianto berjanji bahwa program untuk kesejahteraan di pemerintahannya akan menyentuh seluruh anak-anak Indonesia. Hal ini dikatakan Prabowo saat menghadiri acara Bimtek dan Rakornas pilkada PAN di Hotel JS Luwansa, Jakarta Selatan, Kamis (9/5) malam....

Prabowo Subianto Kunjungi Presiden Peru: Kita Berkepentingan dalam Perdamaian di Kawasan Pasifik

Lima, Peru — Presiden RI Prabowo Subianto berkunjung ke Istana Kepresidenan Peru untuk bertemu Presiden Peru Dina Boluarte di Palacio De Gobierno, Peru, Kamis (14/11). Prabowo datang tepat waktu sesuai undangan yakni pukul 14:00 sore waktu setempat disambut dengan prosesi...

Momen Kedatangan Prabowo Subianto ke Istana Negara Peru, Disambut Pasukan Jajar Kehormatan

Lima, Peru — Presiden RI Prabowo Subianto berkunjung ke Istana Kepresidenan Peru untuk bertemu Presiden Peru Dina Boluarte di Palacio De Gobierno, Peru, Kamis (14/11). Prabowo datang tepat waktu sesuai undangan yakni pukul 14:00 sore waktu setempat disambut dengan prosesi...

Kategori Berita