Wednesday, May 21, 2025
spot_img

Wuling Resmikan Wuling AEON...

Outlet 1 S, yang merupakan hasil kerja sama antara Wuling Motors bersama PT...

Mensos: Gelar Pahlawan Nasional...

Menteri Sosial, Saifullah Yusuf atau yang akrab disapa Gus Ipul menyatakan bahwa usulan...

Mengenal Kota Kelahiran Presiden...

Sejak kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, negara ini telah dipimpin oleh delapan presiden...

Prestasi Gemilang: Penjualan Ritel...

Penjualan mobil penumpang Suzuki pada bulan April 2025 menunjukkan bahwa model hybrid menyumbang...
HomeprabowoPerang Kutu, Studi...

Perang Kutu, Studi Klasik Tentang Perang Gerilya

“Ditulis oleh Robert Taber”

“Kemungkinan perang antara tentara konvensional melawan tentara gerilya berakhir dalam kondisi tidak jelas siapa yang menang dan siapa yang kalah selalu sangat tinggi,” tulis Robert Taber. Dalam buku ini, Robert membahas taktik dan hasil perang gerilya di Kuba, Tiongkok, Algeria, Vietnam, Afghanistan, dan beberapa konflik lainnya. Ia menyampaikan gagasan “hitungan multiplier” kekuatan tentara gerilya yang menjalankan taktik gerilya.

Robert Taber adalah seorang jurnalis perang yang pernah bertugas sebagai prajurit Angkatan Darat Tentara AS di Perang Dunia Kedua. Sebagai jurnalis perang, ia menghabiskan banyak waktu di Kuba pada tahun 1950an untuk mengikuti perjuangan gerilya Fidel Castro dan Che Guevara melawan Presiden Kuba dukungan AS, Fulgenico Batista.

Di Kuba, Robert menyaksikan bagaimana 500 tentara terlatih yang menjalankan taktik perang gerilya “sering kali seperti punya kekuatan 5.000 tentara atau lebih”.

Prinsip ini sekarang dikenal sebagai “hitungan multiplier” dalam menghitung kekuatan pasukan yang menyerang dengan bergerilya. Prinsip ini sangat berharga bagi saya dan TNI Angkatan Darat, karena sering kali musuh yang kita hadapi menggunakan taktik gerilya. Jika kita anggap remeh, “ah kita hanya menghadapi sekian orang, jumlah pasukan kita sepuluh kali lebih banyak”, hampir dapat dipastikan kita akan menghadapi kesulitan.

Dalam buku ini, Robert juga menyampaikan bahwa hitungan multiplier pasukan gerilya dimungkinkan karena “seluruh pasukan gerilya yang sukses terlebih dahulu sukses memenangkan hati dan dukungan warga sipil”. Dengan dukungan warga sipil, kekuatan pasukan gerilya seakan berlipat ganda karena urusan logistik seperti makan, minum, tempat tidur sering kali didukung warga sipil.

Hal ini jadi sangat penting, karena artinya jika TNI berhadapan dengan pasukan yang bergerilya, TNI harus mampu memenangkan hati warga sipil. Jika TNI mampu mendapatkan hati dan dukungan warga sipil, sebagian besar kekuatan pasukan musuh yang bergerilya akan hilang.

Artikel ini telah diambil dari tulisan Robert Taber di situs Prabowo Subianto.

Source link

Semua Berita

Rampingkan Kerjasama Thailand-Indonesia: Energi & Pangan

Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, menyoroti perlunya kerja sama strategis antara Indonesia dan Thailand dalam bidang energi dan ketahanan pangan. Ini disampaikan Prabowo dalam konferensi pers bersama Perdana Menteri Thailand, Paetongtarn Shinawatra, setelah pertemuan bilateral di Government House, Bangkok,...

Prabowo di Bangkok: Suara Gencatan Senjata Palestina dan Solusi Myanmar

Kunjungan Presiden Indonesia, Prabowo Subianto, ke Thailand pada Senin (19/5) mendapat apresiasi atas upayanya dalam mendukung gencatan senjata di Palestina dan menekankan pentingnya solusi damai di Myanmar. Prabowo menegaskan komitmen Indonesia dan Thailand dalam menangani isu-isu global dan regional,...

Prabowo Urges Gaza Ceasefire & Peace in Myanmar – Top SEO Tips

Selama kunjungannya ke Thailand pada hari Senin (19 Mei), Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, mengajukan seruan untuk gencatan senjata segera di Palestina dan menekankan pentingnya penyelesaian konflik melalui jalur damai di Myanmar. Prabowo menegaskan bahwa Indonesia dan Thailand memiliki...

Kategori Berita