Friday, October 11, 2024

Pakar Nilai Penting Pemisahan...

Mengapa Fungsi Intelijen Domestik dan Luar Negeri Harus Dipisah? KBRN, Jakarta: Direktur Eksekutif Lembaga...

Urgensi Pemisahan Fungsi Intelijen...

Pentingnya Pemisahan Fungsi Intelijen Dalam dan Luar Negeri Penguatan dan penegasan peran BIN sebagai...

Jalan Menuju Rohul Rusak,...

Nusaperdana.com, ROKAN HULU - Calon Gubernur Nomor 1 Abdul Wahid melakukan kampanye dialogis...

Jelang Pelatikan pada 20...

Perjalanan Kepresidenan Prabowo Subianto Pada 20 Oktober mendatang 20 Oktober 2024 nanti, Prabowo Subianto...
HomePolitikMengapa Partai Ka'bah...

Mengapa Partai Ka’bah Gagal pada Pemilihan Legislatif 2024?

Partai Persatuan Pembangunan (PPP) gagal melenggang ke Senayan untuk pertama kalinya sejak 1973. Pasalnya, partai tersebut hanya berhasil meraih 5.878.777 suara (3,8%) pada Pemilihan Legislatif (Pileg) 2024, sedangkan ambang batas parlemen sebesar 4%.

Beberapa calon legislatif (caleg) PPP juga kehilangan kursi di Senayan dan beralih ke partai lain. Contohnya, tiga kursi yang dimenangkan PPP di daerah pemilihan (dapil) Jawa Timur (Jatim) III, Jatim VIII, dan Jatim XI dialihkan ke Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).

Anggota Mahkamah DPP PPP, Abdullah Mansyur, menyatakan bahwa pihaknya akan segera melakukan evaluasi terkait hasil Pemilu 2024. “Pasti akan ada evaluasi nantinya,” ujarnya kepada Alinea.id pada Kamis (21/3).

Partai Ka’bah juga berencana untuk mengajukan gugatan terkait hasil pileg ke Mahkamah Konstitusi (MK), meskipun peluangnya kecil. Berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 7 Tahun 2017, perselisihan hasil pemilihan umum (PHPU) harus diajukan ke MK maksimal 3 x 24 jam setelah Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan hasil suara dan MK punya waktu 14 hari untuk menyelesaikan proses perkara.

Perlu dilakukan intropeksi, Direktur Eksekutif Aljabar Strategic Indonesia, Arifki Chaniago, menyarankan agar PPP melakukan introspeksi. Ada beberapa hal yang perlu dievaluasi, seperti regenerasi, sumber daya yang didominasi oleh wajah lama, dan ketidaksolidan internal.

Menurutnya, dukungan PPP terhadap Ganjar Pranowo-Mahfud MD dalam Pilpres 2024 juga tidak menguntungkan. “Basis pemilih cenderung mendukung Anies maupun Prabowo,” ujarnya kepada Alinea.id.

Arifki juga mengingatkan bahwa evaluasi tersebut penting dilakukan mengingat kesempatan untuk masuk ke parlemen pada 2029 akan sulit. Contoh yang diberikan adalah Hanura yang kembali gagal mendapatkan kursi di DPR pada 2024 karena tidak bisa mencapai ambang batas sejak 2019.

Source link

Semua Berita

Kedok Keburukan dalam Dinasti Politik di DPR

Dalam laporan terbaru, Indonesia Corruption Watch (ICW) mencatat bahwa ada 174 atau 30% dari 580 anggota DPR periode 2024-2029 yang diduga terlibat dalam dinasti politik - usaha untuk mempertahankan atau mengakumulasi kekuasaan di posisi publik bagi keluarga-keluarga tertentu. Mayoritas dari...

Hasrat sulit Bahlil untuk memperbesar Golkar di Jawa Tengah

Ketika menghadiri Rapat Konsolidasi Pemenangan Pemilihan Gubernur Provinsi, Kabupaten, dan Kota di Provinsi Jawa Tengah di Sukoharjo, Jawa Tengah, Sabtu (5/10), Ketua Umum Partai Golkar Bahlil Lahadalia mengungkapkan keinginannya untuk membuat Jawa Tengah menjadi basis dukungan kuat bagi partai...

Transportasi air di Jakarta hanya sekadar gimik menurut Ridwan Kamil?

Dalam debat perdana Pilgub DKI Jakarta 2024 di Jakarta International Expo (JIExpo) Kemayoran, Jakarta Pusat pada Minggu (6/10) malam, calon gubernur Jakarta nomor urut 1 Ridwan Kamil memaparkan programnya mengatasi kemacetan. Dia akan memfasilitasi pergerakan mass rapid transit (MRT),...

Kategori Berita