“Jadi gambaran yang terbentuk, Pak Bahlil adalah seorang politikus yang ambisius. Itu adalah poin kelemahannya yang penting,” kata Zaki.
Zaki menilai bahwa Airlangga memiliki peluang yang lebih besar untuk memenangkan kursi Ketua Umum Partai Golkar dibandingkan dengan Bahlil, Bambang Soesatyo, dan Agus Gumiwang. Airlangga dinilai memiliki hubungan yang baik dengan tokoh patron di Partai Golkar, seperti mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan.
“Jangan lupa bahwa Jokowi sendiri pernah meminta untuk menjadi Ketua Umum Golkar. Namun, hal ini tidak akan mudah. Bagaimanapun, bekas presiden memiliki pengaruh politik yang cukup signifikan dalam politik di Golkar. Berbeda jika Jokowi masih menjabat,” ujar Zaki.
Menurut Zaki, Jokowi tidak lagi memiliki pengaruh yang kuat dalam pemilihan Ketua Umum Partai Golkar, seperti pada Munas sebelumnya. Setelah tidak lagi berkuasa setelah 20 Oktober 2024, pengaruh Jokowi akan melemah dan kekuasaan akan beralih kepada presiden yang terpilih.
“Hukum politik seperti itu. Jika dia masih berkuasa, Golkar akan memberikan dukungan penuh, tetapi setelah tidak lagi menjabat, situasinya akan berbeda,” tutur Zaki.
Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh analis politik dari Universitas Mulawarman, Budiman, bahwa dari segi kekuatan politik, jaringan dana, dan kedekatan dengan pemerintahan yang baru, Airlangga memiliki peluang terbesar untuk memenangkan kursi Ketua Umum Partai Golkar.
Dukungan dari tokoh patron Partai Golkar cenderung kepada Airlangga karena dianggap berhasil meningkatkan suara dan kursi partai di DPR. Meskipun awalnya ada keraguan dari tokoh senior di Partai Golkar terhadap kepemimpinan Airlangga, namun hal tersebut terbantah dengan peningkatan suara Partai Golkar di parlemen.
Peningkatan suara Partai Golkar dalam Pileg 2024 juga menjadi bukti bahwa Airlangga memiliki infrastruktur yang kuat di daerah. Hal ini bisa menjadi modal bagi Airlangga untuk memobilisasi pendukungnya di tingkat daerah.
Dalam hal modal, Airlangga bersaing dengan Bahlil. Namun, jika dilihat dari dukungan cabang dan tokoh senior Partai Golkar, Airlangga masih unggul. Partai Golkar di bawah pimpinan Airlangga juga turut memuluskan kemenangan Prabowo-Gibran dalam pilpres.
Oleh karena itu, Budiman memprediksi bahwa dukungan dari Prabowo lebih cenderung kepada Airlangga sebagai Ketua Umum Partai Golkar, dibandingkan dengan Bahlil, Bamsoet, atau Agus.
“Airlangga bisa mengunci dukungan dari Prabowo untuk mempertahankan posisinya di Golkar,” ujar Budiman.
“Kecuali ada gerakan ‘bawah tanah’.”