Pascanya Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita, Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) memutuskan untuk tidak maju sebagai kandidat ketua umum dalam Musyawarah Nasional Partai Golkar. Bamsoet menarik diri dari pencalonan untuk menjaga soliditas partai.
“Dibutuhkan kesadaran kolektif yang harus dibangun oleh seluruh kader Partai Golkar untuk bersama-sama menyelamatkan Partai Golkar,” kata Bamsoet kepada wartawan di DPP Partai Golkar, Slipi, Jakarta, Senin (19/8).
Bamsoet sebelumnya mengungkapkan bahwa ia dan Agus akan mencalonkan diri sebagai kandidat ketum dalam Munas XI Golkar. Menteri ESDM yang baru dilantik, Bahlil Lahadalia, juga akan maju.
Dengan mundurnya Bamsoet dan Agus, hanya tinggal dua kandidat ketum dalam Munas XI Golkar. Selain Bahlil, anggota Dewan Pakar Partai Golkar, Ridwan Hisjam, juga sudah mendaftar sebagai kandidat ketum.
Ketika mendaftar di DPP Golkar, Bahlil juga menyertakan bukti dukungan dari 469 pemilik suara. Total terdapat 558 pemilik suara di Partai Golkar, mulai dari DPD hingga organisasi sayap partai.
Menurut analis politik dari UIN Wali Songo, Semarang, Kholid Adid, pertarungan untuk kursi Ketum Golkar akan berlangsung seperti drama atau sinetron. Ridwan Hisjam hanya merupakan lawan yang sengaja dimajukan untuk membuat seolah-olah terdapat kompetisi di Golkar.
Bahlil dan Ridwan dikenal dekat dengan Presiden Joko Widodo. Di internal Golkar, Ridwan termasuk politikus yang selama ini mendukung Jokowi sebagai calon Ketum Golkar.
Dukungan yang besar dari DPD terhadap Bahlil dan absennya perlawanan dari politikus senior Golkar menunjukkan bahwa internal partai tidak bisa menolak calon yang didukung oleh Istana.
Menurut analis politik Universitas Nasional, Selamat Ginting, Bahlil sulit ditandingi karena sudah mendapatkan dukungan sekitar 80% pemilik suara di Golkar. Pencalonan Ridwan Hisjam bahkan berpotensi dibatalkan karena tidak lolos verifikasi dukungan suara.
Pemilihan ketum Golkar bisa saja berakhir tanpa kompetisi sama sekali, dengan Bahlil dipilih secara aklamasi lewat musyawarah dan Ridwan tersingkir. Kemungkinan perubahan AD/ART Golkar juga tidak tertutup.
Dalam konteks politik, Golkar bukanlah partai yang memiliki tradisi oposisi. Dari masa ke masa, Golkar hampir selalu berada di lingkaran kekuasaan. Bahlil dianggap sebagai representasi penguasa saat ini, baik Jokowi maupun Prabowo.