Monday, September 16, 2024

Sebanyak 178 Personel Gabungan...

Sebanyak 2.178 personel gabungan dikerahkan untuk mengamankan pertandingan antara Persija Jakarta melawan Dewa...

Spesifikasi lengkap Kawasaki Brute...

Senin, 16 September 2024 - 18:00 WIB Tangerang, VIVA – PT Kawasaki Motor Indonesia...

Pemerintah Dilarang Memiskinkan Rakyat

Abdul Wahid, calon gubernur Riau, menghadiri Dialog Interaktif Media Expo yang diselenggarakan oleh...

Setelah Bertemu Presiden Vietnam,...

Vietnam — Indonesian Defense Minister Prabowo Subianto continued his working visit to Vietnam...
HomePolitikTradisi Parpol Ketika...

Tradisi Parpol Ketika Aklamasi Dijadikan Sebagai Pilihan

Fenomena aklamasi kembali terjadi dalam pemilihan ketua umum partai politik. Pada Kongres III NasDem, Surya Paloh kembali terpilih sebagai ketua umum NasDem untuk periode 2024-2029. Ini adalah kali ketiga Paloh terpilih secara aklamasi.

Selain NasDem, proses pemilihan ketua umum secara aklamasi juga terjadi di Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Muhaimin Iskandar alias Cak Imin terpilih sebagai Ketum PKB dalam Muktamar ke-6 di Bali, sehingga akan memimpin PKB untuk periode keempat.

Di Munas Golkar, Bahlil Lahadalia juga terpilih secara aklamasi setelah Bambang Soesatyo dan Agus Gumiwang Kartasasmita mundur dari pencalonan. Model pemilihan aklamasi juga akan dilakukan di Partai Amanat Nasional (PAN) untuk memilih kembali Zulkifli Hasan sebagai ketua umum.

Di Gerindra dan PDI-Perjuangan, pemilihan ketua umum secara aklamasi sudah menjadi tradisi. Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum PDI-P, bahkan sudah lima kali terpilih secara aklamasi. Sejak memimpin PDI-P sejak tahun 1999, Mega tidak pernah memiliki saingan dalam pemilihan.

Menurut analis politik George Towar Ikbal Tawakkal dari Universitas Brawijaya, pemilihan ketua umum secara aklamasi menunjukkan mandeknya regenerasi kepemimpinan di partai politik. Parpol belum mampu menghasilkan figur baru yang layak memimpin partai.

Menurut Cecep Hidayat, analis politik dari Universitas Indonesia, pemilihan ketua umum secara aklamasi menggambarkan ketidakmampuan parpol dalam melakukan regenerasi kepemimpinan. Parpol masih tergantung pada figur tertentu dan minim dalam membangun iklim demokrasi internal.

Sumarno Ahli politik Universitas Y menyatakan bahwa pemilihan ketua umum oleh aklamasi menunjukkan bahwa Partai politik di Indonesia kurang mampu membangun demokrasi internal dan cenderung personalisasi.

Source link

Semua Berita

Ancaman Politik Identitas dalam Perlawanan Terhadap RK di Pemilihan Gubernur DKI

Gelombang penolakan terhadap calon gubernur DKI Jakarta Ridwan Kamil (RK) terus mengalir. Yang terbaru, pria yang akrab disapa Kang Emil itu menemui penolakan saat berkunjung ke Rawa Bunga, Jatinegara, Jakarta Timur. Beberapa warga marah karena RK mengadakan acara tanpa...

Siapa yang akan berhasil menarik perhatian Anies? Rido vs Pramono-Rano.

Dukungan Anies Baswedan terus diperebutkan oleh pasangan calon yang bertarung dalam Pilgub DKI Jakarta. Efek ekor jas atau coat tail effect dari Anies dipercayai mampu meningkatkan elektabilitas para pasangan calon menjelang pemungutan suara. Tanpa Anies, Pilgub DKI diikuti oleh pasangan...

Pro dan kontra pelaksanaan RUU Wantimpres dan RUU Kementerian yang dibahas

Badan Legislasi (Baleg) DPR dan pemerintah berencana mempercepat pembahasan dan pengesahan Rancangan Undang-Undang (RUU) Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) dan RUU Kementerian Negara. Jika tidak ada halangan, kedua RUU kontroversial tersebut akan disahkan dalam rapat paripurna DPR minggu depan. Wakil Ketua...

Kategori Berita