Thursday, May 22, 2025
spot_img

Prabowo: Pentingnya Regulasi Sederhana...

Dalam acara Konvensi dan Pameran Tahunan ke-49 Indonesian Petroleum Association (IPA) Tahun 2025,...

Kerja Sama Strategis RI...

Indonesia dan Persatuan Emirat Arab (PEA) kembali memperkuat hubungan strategis mereka dalam pertemuan...

Peluang Investasi Energi: Danantara...

Prabowo Subianto, Presiden Republik Indonesia, menegaskan komitmen pemerintah untuk membuka pintu investasi di...

Sosialisasi Keselamatan Lalu Lintas...

Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Polres Kampar telah mengadakan kegiatan edukasi dan sosialisasi keselamatan...
HomePolitik"Mengungkap Alasan Rendahnya...

“Mengungkap Alasan Rendahnya Partisipasi Publik pada Pilkada 2024”

Partisipasi publik dalam Pilkada Serentak 2024 menjadi sorotan setelah anggota KPU, August Mellaz, mengungkapkan bahwa tingkat partisipasi pemilih di bawah 70%. Meskipun demikian, angka tersebut masih dianggap normal jika dibandingkan dengan Pilpres 2024. Namun, kondisi menurun terjadi khususnya pada Pilkada Jakarta 2024, dimana partisipasi hanya mencapai 58% menurut survei Charta Politika. Data dari KPUD Jakarta juga mencatat bahwa sekitar 4,3 juta suara digolput karena partisipasi pemilih yang rendah, yang seharusnya sekitar 8,2 juta suara.

Berbagai alasan muncul terkait rendahnya partisipasi publik ini, salah satunya adalah masa sosialisasi calon kepala daerah yang pendek sehingga pemilih tidak merasa terhubung dengan pasangan calonnya. Ditambah lagi dengan banyaknya calon kepala daerah dari luar daerah yang ikut serta dalam pilkada, yang kemungkinan kurang memahami kebutuhan dan karakteristik masyarakat setempat. Selain itu, peneliti politik Wasisto Raharjo Jati juga menyoroti adanya gerakan golput yang mencerminkan ketidakpuasan masyarakat terhadap situasi politik karena merasa suaranya tidak didengar.

Direktur Eksekutif Kajian Politik Nasional (KPN), Adib Miftahul, menambahkan bahwa salah satu penyebab rendahnya partisipasi publik adalah calon kepala daerah yang dipilih bukanlah tokoh dengan rekam jejak yang kuat. Hal ini juga terjadi di Surabaya dimana hanya terdapat satu calon wali kota dan calon wakil wali kota, Eri Cahyadi-Armuji, dan calon ini didukung oleh 18 partai politik. Strategi yang diusulkan Adib untuk meningkatkan kesadaran politik masyarakat adalah dengan menghadirkan calon yang benar-benar mewakili kepentingan masyarakat lokal. Partisipasi publik diharapkan akan meningkat jika pemilih merasa calon tersebut memiliki gagasan, program, dan pemahaman yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Dengan demikian, pendekatan lokalistik dalam politik serta strategi kreatif dari KPU diharapkan dapat membangkitkan semangat pemilih, terutama generasi muda, dalam mengambil bagian dalam proses demokrasi.

Semua Berita

Kerja Sama Strategis RI dan UEA: Daftar 8 Kesepakatan

Indonesia dan Persatuan Emirat Arab (PEA) kembali memperkuat hubungan strategis mereka dalam pertemuan bilateral di Istana Qasr Al Shatie, Abu Dhabi. Pada Rabu (09/04/2025), Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto dan Presiden PEA Mohamed bin Zayed Al Nahyan (MBZ) menyaksikan...

Kemitraan Strategis Indonesia-Turki: 3 Poin Penting

Kunjungan kenegaraan Presiden Indonesia Prabowo Subianto ke Ankara menandai penguatan hubungan bilateral antara Indonesia dan Turki. Dalam pertemuan dengan Presiden Recep Tayyip Erdoğan, keduanya menekankan pentingnya perluasan kerja sama antara dua negara. Diskusi antara keduanya mencakup berbagai bidang mulai...

Jejak Sejarah dan Prestasi Kopassus pada Perayaan HUT ke-16 April

Pada tanggal 16 April 2025, Komando Pasukan Khusus (Kopassus) merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-73 tahun. Tanggal ini merupakan perayaan berdirinya satuan elit ini pada 16 April 1952, melalui Instruksi Panglima Tentara dan Teritorium III. Sejak itu, Kopassus menjadi...

Kategori Berita