Partai Aceh semakin kokoh di Aceh dengan dominasinya di DPRA Aceh dan kemenangan Ketua Umumnya, Muzakir Manaf, dalam Pilgub Aceh 2024. Muzakir sebelumnya menjabat sebagai Wakil Gubernur Aceh 2012-2017. Bersama Fadhlullah, mereka memperoleh 1.492.846 suara atau sekitar 53,3% dari total suara sah, mengungguli Bustami Hamzah-Fadhil Rahmi (Bustami-Fadhil) dengan 1.309.375 suara atau sekitar 46,7%. Dukungan tidak hanya dari Partai Aceh, Muzakir-Fadhlulah juga didukung oleh Partai Nanggroe Aceh, Gerindra, Demokrat, PKB, PKS, PPP, dan PDI-P.
Muzakir-Fadhlullah meraih dukungan terbesar dari Aceh Utara (83,04%) dan Aceh Barat Daya (67,99%), wilayah basis Partai Aceh. Sedangkan Bustami-Fadhil mendapat dukungan kuat di Aceh Besar, Bener Meriah, Bireuen, Pidie, Pidie Jaya, Kota Banda Aceh, Kota Langsa, dan Kota Sabang. Saat ini, dominasi politik Partai Aceh dirasa wajar oleh seorang sosiolog dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Abdi Rahmat, karena transformasi Partai Aceh dari GAM memiliki basis politik yang kuat di Aceh.
Terbentuk atas isi nota kesepahaman Helsinki 2005, Partai Aceh dijalankan oleh eksponen GAM seperti Muzakkir. Sejak 2007, Partai Aceh dipimpin Muzakir dan selalu mendominasi kursi di DPRA dalam empat pemilu berturut-turut. Pada Pileg 2024, Partai Aceh meraih 20 dari 81 kursi yang diperebutkan, dua kali lipat lebih banyak dari Partai Nasdem. Faktor kesuksesan politik Partai Aceh meliputi platform religius, kualitas kader, kampanye yang efektif, struktur dan jaringan partai yang kuat, serta dukungan finansial dan koalisi politik. Meskipun berhasil dalam pemilihan gubernur, Partai Aceh harus tetap waspada terhadap ancaman dari partai nasional yang mulai masuk ke daerah-daerah di Aceh.