Tuesday, April 29, 2025

Peringatan Hari Bakti Pemasyarakatan...

Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Tembilahan baru saja merayakan Hari Bakti Pemasyarakatan ke-61 dengan...

Pasar Tunggu, Moeldoko Dorong...

Ketua Umum Perkumpulan Industri Kendaraan Listrik Indonesia (Periklindo), Moeldoko, menekankan pentingnya penerapan insentif...

Alex Marquez Bahagia, Marc...

Pada Selasa, 29 April 2025, berita otomotif terpopuler di VIVA mengenai Alex Marquez...

Pekanbaru Kendalikan Inflasi: Tinjau...

Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) RI, Dyah Roro Esti, melakukan kunjungan kerja ke Pasar...
HomePolitikDedi Mulyadi cs:...

Dedi Mulyadi cs: Kecintaan atau Pencitraan? Analisis Reality Show

Gubernur Jawa Barat (Jabar) Dedi Mulyadi lagi menjadi perbincangan di media sosial. Kali ini, Dedi terlihat menangis saat melihat kerusakan alam di Puncak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (6/3). Saat melakukan inspeksi di sejumlah tempat wisata di Puncak, termasuk Eiger Adventure Land di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP), Dedi tercengang melihat jembatan gantung yang “membelah” hutan di Eiger Adventure Land. Video menitikkan air mata Dedi beredar luas di media sosial.

Menurut Dedi, gunung adalah sesuatu yang sakral bagi orang Sunda dan Jawa. Ia merasa sedih melihat gunung dihancurkan demi kepentingan komersial. Dedi bukan kali pertama membuat gebrakan di media sosial, dengan akun Youtube @KANGDEDIMULYADICHANNEL, Dedi telah memiliki jutaan pelanggan dan ratusan video. Aksi blusukan Dedi juga diikuti oleh para pejabat publik lainnya, seperti Wakil Wali Kota Surabaya, Armuji, dan Wali Kota Semarang Agustina Wilujeng Pramestuti.

Yusak Farchan dari Citra Institute melihat aksi blusukan Dedi dan rekan-rekan sebanding dengan gaya kepemimpinan Joko Widodo (Jokowi). Namun, ia juga menekankan bahwa aksi blusukan tidak bisa dijadikan acuan tunggal untuk mengukur kinerja para kepala daerah. Di era media sosial, citra seorang pejabat publik bisa diubah sedemikian rupa untuk memikat publik. Namun, hal ini tidak selalu mencerminkan kinerja sebenarnya dari kepala daerah tersebut.

Rakhmat Hidayat dari Universitas Negeri Jakarta mengingatkan publik agar tidak mudah terperdaya oleh citra yang dibangun para kepala daerah di media sosial. Menurutnya, hal ini bisa membuat masyarakat salah kaprah dan menganggap bahwa kepala daerah yang merakyat adalah yang terbaik. Sementara Agung Baskoro dari Trias Politika Strategis melihat bahwa aksi blusukan para kepala daerah memiliki muatan politik. Aksi ini juga bisa menjadi modal jelang pemilu sebagai bukti kinerja selama masa jabatan.

Source link

Semua Berita

Apakah Gibran Bisa Dilengserkan? Mitos atau Kenyataan?

Posisi Gibran Rakabuming Raka sebagai Wakil Presiden (Wapres) RI saat ini terancam oleh tuntutan dari Forum Purnawirawan Prajurit TNI. Mereka menuntut agar Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI mencopot Gibran dari jabatannya akibat keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait perubahan syarat...

Mengapa Pahlawan Nasional Tak Pantas untuk Soeharto?

Kementerian Sosial (Kemensos) bersama Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Pusat (TP2GP) telah membahas calon pahlawan nasional tahun 2025 pada bulan Maret 2025. Ada sepuluh tokoh yang diusulkan, termasuk nama-nama seperti Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Bisri Sansuri, Idris bin Salim...

Rahasia Keluarganisasi di PAN: Apa yang Perlu Anda Ketahui

Partai Amanat Nasional (PAN) periode 2024-2029 mengumumkan struktur kepengurusannya yang dipimpin oleh Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan (Zulhas). Dalam struktur kepengurusan ini, terlihat keberadaan dua putri Zulhas yang menduduki posisi strategis. Putri sulung Zulhas, Zita Anjani, menjadi Wakil Ketua...

Kategori Berita