Saturday, October 5, 2024

Polres Inhil Berhasil Diamankan...

Sat Resmob Polres Inhil berhasil mengamankan seorang pelaku penikaman yang terjadi di Tembilahan...

Uang Pecahan 10 Ribu...

Uang pecahan 10 ribu emisi 2005 merupakan salah satu jenis uang kertas yang...

Leganes: Menjelajahi Kota Bersejarah...

Leganes, sebuah kota yang terletak di komunitas Madrid, Spanyol, memiliki sejarah panjang dan...

Nike Ardilla: Legenda Musik...

Nike Ardilla, nama yang tak asing di telinga para pecinta musik Indonesia. ...
HomeprabowoClausewitz di Abad...

Clausewitz di Abad Kedua Puluh Satu

Artikel ini ditulis oleh Sir Hew Strachan dan Andreas Herberg-Rothe dalam buku 2 Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn.) Prabowo Subianto. Bab III: Catatan Utama Buku-Buku Strategi Militer.

“Perang modern memang berbeda dengan perang jaman Clausewitz dan Napoleon. Tidak hanya perbedaan teknologi: Sekarang ekonomi dunia sudah semakin terhubung, mayoritas pemerintahan negara menganut demokrasi, dan semakin sering konflik terjadi bukan antar negara tetapi dengan kelompok bersenjata yang berperang dengan taktik gerilya. Namun buku ini membuktikan memang pemikiran-pemikiran Clausewitz di buku On War cukup kekal.”

Ilmu pertahanan memang tidak bisa lepas dari sejarah dan teori perang. Jika kita tidak mau belajar dari sejarah, kita bisa mengulangi kesalahan di masa lalu. Seorang pemimpin militer yang efektif harus tahu sejarah perang, dan harus memahami teori perang.

Di buku ini, saya sudah membuat resensi buku Clausewitz, seorang Jenderal perang Prussia yang menulis tentang teori perang di buku On War. Teori Clausewitz tentang perang sebagai kelanjutan politik telah jadi acuan banyak pimpinan militer dunia. Namun tentu dengan berbagai perubahan yang sekarang terjadi, banyak yang bertanya apakah perang masih tetap sebagai perpanjangan atau kelanjutan politik?

Saya sependapat dengan sebagian besar tulisan di buku Clausewitz in the Twenty First Century ini. Intinya, perang modern semakin kompleks. Misalkan, dengan meningkatnya kemampuan kelompok bersenjata non-negara dan meningkatnya aliansi pertahanan, konsepsi pertahanan berubah dari pertahanan sendiri ke pertahanan bersama. Lalu karena sebagian besar negara telah menganut demokrasi, perang pun harus mendapatkan persetujuan rakyat. Karena itu kemampuan komunikasi perang kepada publik menjadi sangat penting, agar sebuah operasi militer mendapatkan mandat rakyat.

Namun pada akhirnya, walaupun perang modern semakin kompleks, politik modern pun juga semakin kompleks. Thesis utama Clausewitz kalau perang adalah kelanjutan dari politik masih tetap berlaku. Karenanya, selain harus belajar sejarah dan teori perang, kembali saya tekankan seorang pemimpin militer yang efektif juga harus paham politik dan filosofi.

Source: https://prabowosubianto.com/clauzewitz-in-the-twenty-first-century/

Source link

Semua Berita

Uang Pecahan 10 Ribu Emisi 2005: Sejarah, Ciri, dan Pengaruhnya

Uang pecahan 10 ribu emisi 2005 merupakan salah satu jenis uang kertas yang beredar di Indonesia. Uang ini memiliki desain yang unik dan ciri khas yang membedakannya dengan uang pecahan 10 ribu emisi sebelumnya. Selain itu, uang ini memiliki...

Survey: 73.3% Masyarakat Mendukung Pembentukan Koalisi KIM Plus

Jakarta — A recent survey conducted by Indikator between September 22 and 29, 2024, found that 73.3% of the Indonesian public supports the formation of the Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus, led by president-elect Prabowo Subianto. Lead researcher Hendro Prasetyo...

Pendidikan, Kesehatan, dan Infrastruktur: Warisan 10 Tahun Jokowi Menurut Indeks SPI Internasional

Jakarta — Indonesia’s social welfare has significantly improved over the past decade under the leadership of President Joko Widodo (Jokowi), particularly in the areas of education, healthcare, and infrastructure, as reported by the Social Progress Index (SPI). A report released...

Kategori Berita