Thursday, November 7, 2024

Solusi Mengatasi Polusi Udara...

Solusi untuk mengatasi masalah polusi udara di daerah perkotaan - Udara kotor...

Strategi Konservasi Air Tanah...

Kekeringan, ancaman serius yang mengintai daerah-daerah rawan, mengancam kehidupan manusia dan lingkungan. Di...

Arista Montana Farm, Tempat...

Arista Montana Farm, tempat wisata yang paling recommended - Ingin merasakan liburan...

Pengembangan Program Promosi dan...

Pengembangan Program Promosi dan Pemasaran Paseban menjadi langkah krusial untuk meningkatkan popularitas dan...
HomeprabowoKota Besar

Kota Besar

67 tahun yang lalu, Presiden Brasil Juscelino Kubitschek membuat keputusan yang tidak biasa. Ia “nekat” memindahkan ibukota Brasil dari Rio de Janeiro ke sebuah hutan belantara di jantung negeri Samba, yang sekarang dikenal dengan nama Brasilia.
Alasan Kubitschek sederhana: Rio de Janeiro, dengan kepadatan populasi dan pesisir yang tinggi, sudah tidak lagi ideal sebagai ibukota negara. Lebih dari itu, Kubitschek bertekad untuk meratakan pembangunan dan kesejahteraan ke daerah pedalaman Brasil.
Keputusan Kubitschek itu mendapat respons yang beragam.
Ada yang menilai keputusannya itu visioner sehingga perlu didukung. Ada pula yang mencemoohnya sebagai ide gila. Ada juga yang mempertanyakan dari mana uangnya.
Singkat cerita, Kubitschek berhasil memindahkan dan membangun ibukota dari nol— suatu hal yang sudah beberapa kali direncanakan tetapi selalu gagal dieksekusi oleh para pendahulunya.
Rubem Antonio Barbosa, Duta Besar Brasil untuk Indonesia, mengatakan, “Sejarah mencatat keputusan dan keberhasilan Kubitschek memindahkan ibukota ke Brasilia sebagai keputusan yang tepat.”
“Penyebaran populasi pun menjadi lebih merata; dan sebagai tolok ukur keberhasilan [ekonomi] Brasilia kini memiliki pendapatan per kapita tertinggi di Brasil [bahkan di Latin Amerika],” katanya.
Tentu, tidak ada ibukota yang sempurna. Masalah akan tetap ada. Begitu pula di Brasilia, yang sejak 1987 diakui sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO karena arsitektur modern dan tata kotanya yang unik.
Dalam 100 tahun terakhir, lebih dari 30 negara telah memindahkan ibukotanya seiring dinamika yang berubah. Inilah realita yang dihadapi. Indonesia tidak terkecuali.
Mengikuti jejak Brasil, pemindahan ibukota Indonesia bukan hanya tentang relokasi geografis, tetapi tentang meredefinisi prioritas pembangunan, pemerataan kesejahteraan, dan menata ulang pusat gravitasi ekonomi dan politik.
Keputusan berani ini–seperti yang pernah diambil Kubitschek–memang tidak mudah tapi dapat berbuah manis di masa depan.
Suka tidak suka, mau tidak mau, Indonesia perlahan memasuki babak baru dalam sejarahnya–sebuah babak yang kelak menjadi cerita inspiratif bagi generasi yang akan datang. Babak itu ada di Nusantara.
*Tulisan ini sebelumnya telah terbit di instagram @hamdan.hamedan

Semua Berita

Prabowo Subianto Memimpin Para Jenderal Kabinet dalam Pawai Melalui Hujan: “Jika Para Tentara Basah, Pimpinan Juga Harus Basah”

Magelang — President Prabowo Subianto emphasized the principle of exemplary leadership, known as ing ngarso sung tulodo (a leader must lead by example), as he led the Twilight Parade amidst heavy rain, joined by members of the Merah Putih...

CSIS Menerima Secara Positif Kabinet Prabowo Subianto: Kementerian dan Lembaga Mendapatkan Portofolio yang Lebih Spesialisasi

Yose Rizal Damuri, Direktur Eksekutif Centre for Strategic and International Studies (CSIS), memuji pembentukan Kabinet Merah Putih di bawah Presiden Prabowo Subianto, dengan mencatat bahwa pendirian kementerian-kementerian khusus dan lembaga-lembaga baru mencerminkan pendekatan pemerintah yang terfokus pada isu-isu tertentu. Dalam...

Siswa yang Menerima Makanan Bergizi Gratis Mengirim Surat kepada Prabowo dan Gibran, Penuh dengan Doa

Jakarta — One of the students benefiting from the Free Nutritious Meals program has written a letter to Indonesia’s President Prabowo Subianto and Vice President Gibran Rakabuming Raka. This was revealed through an Instagram post by Gibran on his...

Kategori Berita