Tampaknya, dukungan Jokowi kepada Prabowo semakin terang. Apa motifnya?
Tepuk tangan bergaung, kata-kata dijawab. Jokowi kembali angkat bicara. Dia mengklaim bahwa kritiknya terhadap jalannya debat capres tidak ditujukan kepada kandidat tertentu, melainkan ketiga calon tersebut.
“Saya berbicara untuk ketiga calon dan untuk perbaikan ke depan. Juga untuk introspeksi kita semua,” ujarnya, Selasa (9/1). “Saya tidak berbicara untuk satu calon atau dua calon.”
Ketidakselarasan arah dukungan Jokowi dengan partainya dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 terlihat jelas dalam perayaan HUT ke-51 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) pada Rabu (10/1). PDIP mengusung pasangan Ganjar-Mahfud MD sebagai calon yang didukung. Jokowi memilih untuk melakukan kunjungan kerja ke luar negeri dan bahkan tidak mengirimkan karangan bunga, sedangkan PDIP tidak mengundangnya.
Dalam konteks lain, pengamat politik dari Universitas Airlangga (Unair), Ali Sahab, mengatakan bahwa arah dukungan Jokowi terhadap Prabowo sebenarnya tidak terlalu baru. Hal ini telah terlihat sejak awal.
Menurutnya, sikap Jokowi dalam beberapa kegiatan merupakan simbol dukungan kepada Prabowo, yang berpasangan dengan putra sulungnya. Politik memang memerlukan simbol.
“Saya kira, dalam politik memang perlu simbol dan itu sekarang yang dilakukan oleh Jokowi. Sebetulnya politik simbol sudah dilakukan oleh Jokowi dari awal. Pastinya semakin mendekati pilihan, akan menambah ‘dosisnya’,” katanya.
Ali berpendapat, semakin terangnya sikap politik Jokowi tersebut untuk mendongkrak elektabilitas Prabowo-Gibran dengan harapan bisa memenangkan satu putaran. Namun, hal ini diprediksi akan sulit terwujud karena kenaikan suara Prabowo-Gibran tidak signifikan bahkan cenderung stagnan.
“Harapannya begitu, tetapi berdasarkan data survei, pemilih Prabowo-Gibran yang masih bisa berubah cukup tinggi. Ini perlu diwaspadai,” jelasnya.
Menurut pandangannya, dukungan Jokowi tidak akan langsung membuat Prabowo-Gibran menang dengan mudah seperti pada Pilpres 2019. Sebab, kondisi politik saat ini berbeda.
“Posisi sekarang agak berbeda. Pak Jokowi tanpa dukungan dari PDIP dan adanya kritik terhadap kebijakannya membuat elektabilitas Prabowo-Gibran belum signifikan. Untuk mencapai di atas 50%, sulit,” ujar Ali.