Sunday, September 21, 2025

Review: Senjata Canggih Sangat...

Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto mengungkapkan bahwa senjata pertahanan canggih memiliki harga...

Profil 9 Istri Presiden...

Soekarno, Presiden pertama Republik Indonesia, dikenal sebagai salah satu tokoh penting dalam sejarah...

Kritik Tompi: Dana Rp200...

Artis Tompi baru-baru ini mengungkapkan kekecewaannya terhadap kebijakan Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa,...

Tragedi Kebakaran Rumah Makassar:...

Kabar terbaru dari Makassar pada hari Minggu, 21 September 2025, menyebutkan bahwa pihak...
HomeOpiniAjang Debat: Gengsi...

Ajang Debat: Gengsi dan Tekanan Sosial

Model United Nations (MUN) telah mengalami pergeseran makna yang signifikan dalam dunia pendidikan yang semakin kompetitif dan visual. Awalnya hanya sebagai simulasi sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk mengasah kemampuan diplomasi dan berpikir kritis, MUN kini menjadi simbol prestise dan ajang pembuktian diri bagi pelajar yang bercita-cita masuk universitas top dunia. Banyak siswa merasa perlu mengikuti MUN bukan hanya karena tertarik dengan isu global, tetapi karena memunculkan rasa FOMO (Fear of Missing Out) jika tidak ikut. Fenomena ini bisa dipahami lebih dalam melalui teori perilaku konsumen dari Michael R. Solomon, yang menyoroti pengaruh sosial, simbolisme, dan identitas dari sebuah konsumsi.

Dalam konteks MUN, nilai simbolik sangat kuat. Anak-anak muda mengasosiasikan partisipasi dalam MUN dengan cerdas, pemahaman isu global, kepemimpinan, dan kesempatan masuk universitas internasional. Banyak pelajar ikut MUN bukan karena suka debat atau diplomasi, tetapi karena faktor sosial seperti melihat teman-teman mereka berprestasi atau ingin mendapat pengakuan sosial. Pengaruh kelompok referensi juga turut memengaruhi pilihan konsumsi seseorang. Keberadaan tekanan sosial membuat beberapa pelajar ikut MUN demi status sosial atau karena tren, bukan karena minat sejati.

Selain aspek simbolik, Solomon juga menyoroti pentingnya kesadaran dalam mengambil keputusan konsumsi. Aktivitas seperti MUN dapat memberikan nilai positif dan memperkaya portofolio, namun motivasi di baliknya perlu dipertanyakan. Harus ada kesadaran bahwa keputusan konsumsi seharusnya didasari oleh pemahaman akan kebutuhan diri, bukan hanya tekanan sosial atau pencapaian semata. Bagi yang benar-benar tertarik dengan diplomasi internasional dan isu global, MUN bisa menjadi pengalaman bermanfaat. Namun, jika hanya ikut karena alasan sosial, maka kegiatan tersebut mungkin kehilangan makna.

MUN boleh bergengsi, namun bukanlah standar tunggal dalam mengukur prestasi siswa. Dunia pendidikan seharusnya memberikan ruang luas untuk berbagai ekspresi dan kontribusi. Ada banyak cara untuk menunjukkan kualitas diri tanpa harus melalui MUN. Sebelum ikut MUN demi performa di personal statement atau untuk memenuhi harapan orang lain, penting untuk merenungkan apa yang sesungguhnya diinginkan. Validasi terbaik bukanlah dari luar, tetapi dari rasa bangga karena konsisten dengan nilai dan minat pribadi. Oleh karena itu, pertimbangkan dengan baik alasan di balik partisipasi dalam MUN sebelum mengikutinya. Masih banyak cara untuk mencapai kesuksesan akademik tanpa harus terjebak dalam tekanan sosial dan ekspektasi eksternal.

Source link

Semua Berita

Negara Andalkan Aplikator: Cerdas dan Kompetitif

Di Indonesia, aplikasi digital semakin merajalela dan menciptakan ekosistem yang dinamis namun penuh kontradiksi. Meskipun aplikasi ini menawarkan kemudahan akses, namun juga menimbulkan perselisihan antara kepentingan perusahaan dan hak-hak pekerja. Regulator tampaknya melemparkan tanggung jawabnya pada peraturan menteri yang...

Menjaga Pariwisata Indonesia: Pentingnya Konservasi dan Keberlanjutan

Pariwisata Indonesia masih dihantui oleh masalah sampah yang menjadi perhatian utama. Masalah ini bukan hanya soal kebersihan semata, tetapi juga berkaitan dengan lingkungan, kenyamanan wisatawan, dan citra negara. Terutama di destinasi pariwisata di wilayah kepulauan, sampah yang dibuang sembarangan...

Haji: Lebih dari Perjalanan Fisik Menuju Tanah Suci

Setiap tahunnya, jutaan umat Islam merindukan kesempatan untuk beribadah haji ke Tanah Suci. Namun, Prof. Dr. Aswadi, M.Ag, Konsultan Bimbingan Ibadah Haji Daker Madinah PPIH Arab Saudi 2025, menegaskan bahwa haji bukan hanya sekadar perjalanan fisik menuju Tanah Suci....

Kategori Berita