Fenomena aklamasi kembali terjadi dalam pemilihan ketua umum partai politik. Pada Kongres III NasDem, Surya Paloh kembali terpilih sebagai ketua umum NasDem untuk periode 2024-2029. Ini adalah kali ketiga Paloh terpilih secara aklamasi.
Selain NasDem, proses pemilihan ketua umum secara aklamasi juga terjadi di Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Muhaimin Iskandar alias Cak Imin terpilih sebagai Ketum PKB dalam Muktamar ke-6 di Bali, sehingga akan memimpin PKB untuk periode keempat.
Di Munas Golkar, Bahlil Lahadalia juga terpilih secara aklamasi setelah Bambang Soesatyo dan Agus Gumiwang Kartasasmita mundur dari pencalonan. Model pemilihan aklamasi juga akan dilakukan di Partai Amanat Nasional (PAN) untuk memilih kembali Zulkifli Hasan sebagai ketua umum.
Di Gerindra dan PDI-Perjuangan, pemilihan ketua umum secara aklamasi sudah menjadi tradisi. Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum PDI-P, bahkan sudah lima kali terpilih secara aklamasi. Sejak memimpin PDI-P sejak tahun 1999, Mega tidak pernah memiliki saingan dalam pemilihan.
Menurut analis politik George Towar Ikbal Tawakkal dari Universitas Brawijaya, pemilihan ketua umum secara aklamasi menunjukkan mandeknya regenerasi kepemimpinan di partai politik. Parpol belum mampu menghasilkan figur baru yang layak memimpin partai.
Menurut Cecep Hidayat, analis politik dari Universitas Indonesia, pemilihan ketua umum secara aklamasi menggambarkan ketidakmampuan parpol dalam melakukan regenerasi kepemimpinan. Parpol masih tergantung pada figur tertentu dan minim dalam membangun iklim demokrasi internal.
Sumarno Ahli politik Universitas Y menyatakan bahwa pemilihan ketua umum oleh aklamasi menunjukkan bahwa Partai politik di Indonesia kurang mampu membangun demokrasi internal dan cenderung personalisasi.