Sunday, September 21, 2025

5 Tips Mengatasi Frustrasi...

Arini merasa frustrasi di rumah karena tidak bisa menemukan Angga. Dia mulai melempar...

Review: Senjata Canggih Sangat...

Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto mengungkapkan bahwa senjata pertahanan canggih memiliki harga...

Profil 9 Istri Presiden...

Soekarno, Presiden pertama Republik Indonesia, dikenal sebagai salah satu tokoh penting dalam sejarah...

Kritik Tompi: Dana Rp200...

Artis Tompi baru-baru ini mengungkapkan kekecewaannya terhadap kebijakan Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa,...
HomeOpiniFilsafat Alat Bukan...

Filsafat Alat Bukan Tujuan: Penemuan dan Wawasan Baru

Filsafat sering disalahartikan sebagai sesuatu yang rumit, aneh, terlalu panjang, atau bahkan menyesatkan. Beberapa orang menganggap dunia filsafat menakutkan, terlepas dari pemahaman yang minim tentangnya. Namun, di Indonesia, beberapa tokoh mulai menyingkap kebenaran tentang filsafat untuk meluruskan pandangan negatif yang telah berkembang di masyarakat. Meskipun begitu, stigma negatif terhadap filsafat masih tetap ada, bahkan anggapan bahwa filsafat adalah hal yang haram juga mulai menyebar.

Filsafat merupakan bidang studi yang diajarkan hampir di setiap perguruan tinggi, dalam berbagai jurusan. Mulai dari filsafat umum, filsafat praktis, filsafat politik, filsafat agama, hingga ilmu-ilmu yang lahir dari filsafat seperti logika dan retorika. Penelitian filsafat dalam setiap jurusan bertujuan untuk menciptakan mahasiswa yang kritis, sistematis, universal, dan radikal dalam berpikir. Namun, sayangnya, filsafat masih dianggap tabu di mata masyarakat umum.

Buku-buku filsafat seringkali menghadirkan pemikiran yang menantang dan tidak terduga yang sering kali bertentangan dengan keyakinan masyarakat. Ungkapan kontroversial dari para filsuf seperti “Tuhan telah mati” oleh Nietzsche, “Agama adalah candu” oleh Karl Marx, atau “Keyakinan agama adalah omong kosong” oleh David Hume, memang dapat membingungkan. Namun, esensi sejati dari filsafat sebenarnya berakar pada penggunaan akal manusia.

Kekeliruan dalam memahami filsafat sering kali terjadi karena beberapa alasan. Pertama, sikap kritis, radikal, dan sistematis para filsuf sering kali dianggap sebagai kesesatan. Kedua, konteks kehidupan seseorang sangat mempengaruhi pola pikirnya, seperti yang terlihat dalam teori Marxisme tentang agama. Dan ketiga, keragaman perspektif membawa pada kesimpulan yang berbeda-beda, namun sebenarnya hanya mencerminkan perbedaan sudut pandang.

Secara keseluruhan, filsafat seharusnya dipandang sebagai alat berpikir yang memungkinkan manusia untuk mengambil keputusan yang bijaksana. Dengan terus merenungkan dan mempertanyakan segala hal, manusia dapat terus berkembang dan berevolusi. Oleh karena itu, stigma negatif terhadap filsafat seharusnya dihilangkan demi kemajuan pemikiran dan kebijaksanaan manusia.

Semua Berita

Negara Andalkan Aplikator: Cerdas dan Kompetitif

Di Indonesia, aplikasi digital semakin merajalela dan menciptakan ekosistem yang dinamis namun penuh kontradiksi. Meskipun aplikasi ini menawarkan kemudahan akses, namun juga menimbulkan perselisihan antara kepentingan perusahaan dan hak-hak pekerja. Regulator tampaknya melemparkan tanggung jawabnya pada peraturan menteri yang...

Menjaga Pariwisata Indonesia: Pentingnya Konservasi dan Keberlanjutan

Pariwisata Indonesia masih dihantui oleh masalah sampah yang menjadi perhatian utama. Masalah ini bukan hanya soal kebersihan semata, tetapi juga berkaitan dengan lingkungan, kenyamanan wisatawan, dan citra negara. Terutama di destinasi pariwisata di wilayah kepulauan, sampah yang dibuang sembarangan...

Haji: Lebih dari Perjalanan Fisik Menuju Tanah Suci

Setiap tahunnya, jutaan umat Islam merindukan kesempatan untuk beribadah haji ke Tanah Suci. Namun, Prof. Dr. Aswadi, M.Ag, Konsultan Bimbingan Ibadah Haji Daker Madinah PPIH Arab Saudi 2025, menegaskan bahwa haji bukan hanya sekadar perjalanan fisik menuju Tanah Suci....

Kategori Berita