Sunday, September 21, 2025

5 Tips Mengatasi Frustrasi...

Arini merasa frustrasi di rumah karena tidak bisa menemukan Angga. Dia mulai melempar...

Review: Senjata Canggih Sangat...

Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto mengungkapkan bahwa senjata pertahanan canggih memiliki harga...

Profil 9 Istri Presiden...

Soekarno, Presiden pertama Republik Indonesia, dikenal sebagai salah satu tokoh penting dalam sejarah...

Kritik Tompi: Dana Rp200...

Artis Tompi baru-baru ini mengungkapkan kekecewaannya terhadap kebijakan Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa,...
HomeOpiniMengungkap Potensi Pembelian...

Mengungkap Potensi Pembelian Impulsif Konsumen

Di tengah gemerlap lorong-lorong supermarket yang panjang dan berkelok, seringkali konsumen seperti Kayla (31) terpikat oleh produk-produk yang dipajang dengan berbagai warna dan pencahayaan yang menarik. Pusat perbelanjaan modern ini memberikan kepuasan maksimal bagi para pengunjungnya, namun seringkali menyajikan semacam ilusi. Kisah Kayla yang sederhana ini sebenarnya merepresentasikan fenomena pembelian impulsif yang umum terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Teori hierarki kebutuhan dari Abraham Maslow menggambarkan bagaimana kebutuhan dasar manusia berkembang menjadi kebutuhan yang lebih tinggi seiring pemenuhan kebutuhan tersebut. Dalam konteks sosial dan ekonomi saat ini, kebutuhan berperan sebagai motivasi di balik perilaku manusia. Setiap tindakan yang dilakukan oleh seseorang dipengaruhi oleh kebutuhan tertentu, seperti yang dialami oleh Kayla, seorang executive muda yang sukses.

Pembelian impulsif yang dilakukan oleh Kayla sebenarnya merupakan hasil dari lingkungan belanja yang dirancang secara cermat untuk mempengaruhi perilaku konsumen. Dalam studi yang dilakukan oleh Farid dan Ali (2018) terungkap bahwa aspek kepribadian seseorang juga bisa mempengaruhi pembelian impulsif. Daya tarik dari tawaran promosi dan diskon, serta desain interior yang mirip labirin supermarket, dapat memicu pembelian yang tidak terencana dan berlebihan.

Dengan pemahaman yang lebih dalam tentang motivasi di balik pembelian impulsif, konsumen seperti Kayla bisa mengembangkan strategi untuk mengelola dorongan pembelian yang tidak rasional. Melalui kesadaran diri, introspeksi, dan perencanaan yang cermat, kita bisa memprioritaskan kebutuhan sejati dan mengurangi pembelian yang tidak perlu. Hal ini bukan hanya tentang menghemat uang, tetapi juga tentang memilih gaya hidup yang berkelanjutan dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk memahami konsekuensi dari pembelian impulsif dan mengambil langkah-langkah untuk mencegahnya.

Semua Berita

Negara Andalkan Aplikator: Cerdas dan Kompetitif

Di Indonesia, aplikasi digital semakin merajalela dan menciptakan ekosistem yang dinamis namun penuh kontradiksi. Meskipun aplikasi ini menawarkan kemudahan akses, namun juga menimbulkan perselisihan antara kepentingan perusahaan dan hak-hak pekerja. Regulator tampaknya melemparkan tanggung jawabnya pada peraturan menteri yang...

Menjaga Pariwisata Indonesia: Pentingnya Konservasi dan Keberlanjutan

Pariwisata Indonesia masih dihantui oleh masalah sampah yang menjadi perhatian utama. Masalah ini bukan hanya soal kebersihan semata, tetapi juga berkaitan dengan lingkungan, kenyamanan wisatawan, dan citra negara. Terutama di destinasi pariwisata di wilayah kepulauan, sampah yang dibuang sembarangan...

Haji: Lebih dari Perjalanan Fisik Menuju Tanah Suci

Setiap tahunnya, jutaan umat Islam merindukan kesempatan untuk beribadah haji ke Tanah Suci. Namun, Prof. Dr. Aswadi, M.Ag, Konsultan Bimbingan Ibadah Haji Daker Madinah PPIH Arab Saudi 2025, menegaskan bahwa haji bukan hanya sekadar perjalanan fisik menuju Tanah Suci....

Kategori Berita