Sunday, September 21, 2025

Review: Senjata Canggih Sangat...

Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto mengungkapkan bahwa senjata pertahanan canggih memiliki harga...

Profil 9 Istri Presiden...

Soekarno, Presiden pertama Republik Indonesia, dikenal sebagai salah satu tokoh penting dalam sejarah...

Kritik Tompi: Dana Rp200...

Artis Tompi baru-baru ini mengungkapkan kekecewaannya terhadap kebijakan Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa,...

Tragedi Kebakaran Rumah Makassar:...

Kabar terbaru dari Makassar pada hari Minggu, 21 September 2025, menyebutkan bahwa pihak...
HomeOpiniRantai Pasok Hijau:...

Rantai Pasok Hijau: Tantangan dan Potensi

Mengapa Penerapan Rantai Pasok Hijau Adalah Investasi yang Penting

Menjaga keseimbangan lingkungan bumi memang tidaklah mudah. Data terbaru dari Copernicus Climate Change Service (C3S) menunjukkan bahwa suhu rata-rata global telah meningkat menjadi 14,08 derajat Celsius pada Maret 2025. Hal ini melebihi rata-rata suhu bumi selama 30 tahun terakhir dan juga jauh di atas suhu pra-industri. Perjanjian Paris menetapkan target untuk membatasi pemanasan global di bawah 1,5 derajat Celsius dari masa pra-industri guna mengurangi dampak bencana iklim yang mengerikan.

Tantangan menjaga pemanasan global ini disebabkan oleh peningkatan emisi karbon dioksida. Namun, dunia telah berkomitmen untuk mengurangi emisi ini hingga 45% pada tahun 2030 guna mencapai target pemanasan global 1,5 derajat Celsius. Di Indonesia sendiri, sektor logistik telah menjadi penyumbang signifikan terhadap emisi industri nasional. Oleh karena itu, manajemen rantai pasok yang berkelanjutan semakin penting dalam menghadapi tekanan global untuk mengurangi emisi karbon dan meningkatkan efisiensi rantai pasok.

Isu-isu seputar manajemen rantai pasok semakin krusial mengingat tata kelola logistik yang konvensional cenderung boros energi dan menghasilkan emisi tinggi. Meskipun beberapa perusahaan masih enggan beralih ke praktik rantai pasok yang lebih hijau karena biaya implementasinya dianggap terlalu tinggi, namun penerapan praktik SCM berkelanjutan telah terbukti memberikan manfaat jangka panjang.

Regulasi lingkungan yang semakin ketat, seperti Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM) yang diterapkan oleh Uni Eropa, menunjukkan bahwa perlindungan lingkungan tidak hanya sebuah tren, tetapi merupakan kebutuhan mendesak. Penerapan SCM berkelanjutan tidak hanya dapat mengurangi dampak lingkungan, tetapi juga membantu perusahaan dalam menghemat biaya operasional jangka panjang. Oleh karena itu, langkah-langkah untuk mengadopsi rantai pasok hijau perlu segera dilakukan agar industri Indonesia tetap berdaya saing dan berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan dan ekonomi nasional.

Source link

Semua Berita

Negara Andalkan Aplikator: Cerdas dan Kompetitif

Di Indonesia, aplikasi digital semakin merajalela dan menciptakan ekosistem yang dinamis namun penuh kontradiksi. Meskipun aplikasi ini menawarkan kemudahan akses, namun juga menimbulkan perselisihan antara kepentingan perusahaan dan hak-hak pekerja. Regulator tampaknya melemparkan tanggung jawabnya pada peraturan menteri yang...

Menjaga Pariwisata Indonesia: Pentingnya Konservasi dan Keberlanjutan

Pariwisata Indonesia masih dihantui oleh masalah sampah yang menjadi perhatian utama. Masalah ini bukan hanya soal kebersihan semata, tetapi juga berkaitan dengan lingkungan, kenyamanan wisatawan, dan citra negara. Terutama di destinasi pariwisata di wilayah kepulauan, sampah yang dibuang sembarangan...

Haji: Lebih dari Perjalanan Fisik Menuju Tanah Suci

Setiap tahunnya, jutaan umat Islam merindukan kesempatan untuk beribadah haji ke Tanah Suci. Namun, Prof. Dr. Aswadi, M.Ag, Konsultan Bimbingan Ibadah Haji Daker Madinah PPIH Arab Saudi 2025, menegaskan bahwa haji bukan hanya sekadar perjalanan fisik menuju Tanah Suci....

Kategori Berita