Dalam era Society 5.0, pendidikan memegang peranan penting dalam persiapan generasi muda menghadapi tantangan teknologi canggih seperti kecerdasan buatan, Internet of Things, big data, dan robotika. Kurikulum Merdeka Belajar, inisiatif pemerintah Indonesia, bertujuan menciptakan sistem pendidikan yang adaptif dan inovatif untuk menghasilkan lulusan yang kompetitif di masa digital ini. Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Makarim, menekankan pentingnya kurikulum yang tidak hanya fokus pada kognitif, tetapi juga pada pengembangan karakter dan keterampilan abad 21.
Kurikulum Merdeka Belajar memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengeksplorasi minat dan bakat mereka melalui proyek mandiri, magang, serta pembelajaran di luar kelas. Konsep ini sejalan dengan teori Multiple Intelligences dari Howard Gardner yang menekankan keragaman kecerdasan individu dan perlunya pendidikan yang mengakomodasi keragaman ini. Integrasi teknologi dalam proses pembelajaran menjadi fokus utama, dengan penggunaan teknologi tidak hanya sebagai alat bantu, tetapi juga sebagai medium interaktif.
Pembelajaran kolaboratif didorong melalui proyek kelompok, diskusi, dan kegiatan ekstrakurikuler dalam rangka mengembangkan keterampilan interpersonal dan kemampuan bekerja dalam tim. Selain itu, Kurikulum Merdeka Belajar menekankan literasi digital, pemahaman teknologi, serta pengembangan soft skills seperti kreativitas, berpikir kritis, dan kemampuan memecahkan masalah, yang semakin penting di era Society 5.0. Kerjasama antara pemerintah, sekolah, dan industri dinilai kunci dalam menciptakan ekosistem pendidikan yang mendukung zaman.