Sunday, September 21, 2025

Review: Senjata Canggih Sangat...

Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto mengungkapkan bahwa senjata pertahanan canggih memiliki harga...

Profil 9 Istri Presiden...

Soekarno, Presiden pertama Republik Indonesia, dikenal sebagai salah satu tokoh penting dalam sejarah...

Kritik Tompi: Dana Rp200...

Artis Tompi baru-baru ini mengungkapkan kekecewaannya terhadap kebijakan Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa,...

Tragedi Kebakaran Rumah Makassar:...

Kabar terbaru dari Makassar pada hari Minggu, 21 September 2025, menyebutkan bahwa pihak...
HomeGaya HidupTips Menghemat Belanja...

Tips Menghemat Belanja Online: Keranjang Penuh, Dompet Aman

Perkembangan dunia digital yang sangat dinamis telah menggeser fungsi dasar media sosial, saat ini media sosial menjelma menjadi ekosistem digital dengan beragam kegunaan. Konsumsi media sosial tidak lagi hanya memengaruhi cara kita dalam berkomunikasi, tetapi juga berbagai aspek kehidupan, termasuk mengubah cari kita menjalani hidup, seperti bagaimana kita melakukan pekerjaan, cara kita memenuhi kebutuhan sehari-hari, mempengaruhi bagaimana terbentuknya opini publik dan bahkan menggeser lifestyle kita.

Dengan mengakses media sosial kita terpapar berbagai macam tren gaya hidup, mulai dari tren fashion, kuliner, gaya hidup sehat hingga gaya ber-travelling, tren-tren tersebut seringkali bermula dari unggahan influencer atau teman-teman terdekat kita dan akhirnya menyebar luas melalui media sosial.

Media sosial juga telah mengubah cara kita berbelanja dan berjualan. Bayangkan saja, toko online buka 24 jam sehari, 7 hari seminggu, dengan etalase yang tak terbatas, cukup dengan scrolling layar ponsel, ribuan bahkan jutaan produk terpampang di depan mata. Inilah peran media sosial sebagai “etalase digital”. Para pemasar, dari skala UMKM hingga korporasi besar, memanfaatkan kekuatan media sosial untuk mempromosikan produk bahkan sampai melakukan penjualan langsung melalui live shopping, media sosial juga membantu pemasar dalam mengembangkan bisnis dengan cara yang lebih efisien dan low budget.

Dari sisi lain, pemasaran melalui media sosial menjadi godaan besar bagi para konsumen sampai seringkali melakukan “impulsive buying”. Unggahan dari mutual friends, review produk dari para influencer dan iklan-iklan yang dikemas dengan visual yang sangat menarik, didukung juga dengan algoritma media sosial yang sangat canggih yang dapat menargetkan audiens secara spesifik, kita disuguhi konten yang terasa “personal” mulai dari video unboxing, tutorial & tips, sampai tawaran diskon dadakan yang menggiurkan yang muncul di reels atau stories. Tanpa berniat mencari produk tertentu tetapi hanya karena sedang memiliki waktu senggang untuk scrolling berbagai akun media sosial dapat berakhir dengan berbelanja produk-produk yang belum tentu kita butuhkan.

Media sosial adalah ‘ruang publik’ yang cukup powerful, bagaikan pedang bermata dua di mana di satu sisi dapat menginspirasi, memicu kreatifitas dan meningkatkan produktivitas, tetapi disisi lainnnya dapat juga membentuk gaya hidup yang konsumtif dan overexposure. Paparan tanpa henti yang dilakukan oleh pemasar dapat memicu kebutuhan sekunder yang mungkin awalnya tidak kita sadari. Konten-konten yang muncul baik dari hasil searching kita sendiri ataupun dari algoritma media sosial seringkali menstimulasi keinginan kita pada level sosial (ingin diterima, mengikuti tren) atau bahkan aktualisasi diri (melalui image yang ditampilkan produk). Ditengah guyuran informasi dan promosi ini tidak heran jika kita menjadi lebih impulsif dan mudah untuk menambahkan berbagai produk ke keranjang belanja online.

Tingginya tingkat cart abandonment diantara para pengguna e-commerce dan media sosial ini bisa menjadi indikasi bahwa meskipun media sosial berhasil membangkitkan keinginan awal melalui konten visual yang menarik dan pengaruh lingkungan sosial seperti pertemanan dan brand influencer, konsumen pada akhirnya kembali dihadapkan kepada kenyataan mengenai kebutuhan nyata saat akan melakukan proses pembayaran. Keinginan yang dipicu oleh media sosial mungkin tidak cukup kuat jika dihadapi dengan keterbatasan anggaran atau prioritas kebutuhan lainnya. Kebanyakan konsumen seringkali mengalami godaan impulsive buying yang dipicu oleh konten komersial pada media sosial. Tapi dengan memahami lebih dalam perilaku konsumen digital, tentu kita dapat menghadapinya dengan lebih bijak.

Source link

Semua Berita

Kritik Tompi: Dana Rp200 Triliun Tak Turunkan Bunga Pinjaman

Artis Tompi baru-baru ini mengungkapkan kekecewaannya terhadap kebijakan Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa, terkait alokasi dana sebesar Rp200 triliun ke bank-bank Himbara. Tompi menilai bahwa meskipun tujuan pemerintah untuk mendorong perekonomian adalah tepat, namun tingginya bunga pinjaman masih menjadi...

Pahami Cara Pasangan Mencintai: Kunci Pertahankan Hubungan Sakinah

Dalam sebuah hubungan rumah tangga, ulama KH Yahya Zainul Maarif atau yang lebih dikenal sebagai Buya Yahya menekankan pentingnya mencari pasangan yang saleh. Mencintai pasangan memiliki berbagai cara yang berbeda-beda bagi setiap individu, namun tujuannya tetap sama yaitu untuk...

Pentingnya Cari Pasangan Saleh: Ampuh Membangun Cinta

Menurut ulama KH Yahya Zainul Maarif atau yang dikenal sebagai Buya Yahya, mencari pasangan yang saleh merupakan hal yang sangat penting dalam membangun hubungan rumah tangga yang kokoh. Pasangan yang saleh tidak hanya mampu menciptakan rumah tangga yang harmonis,...

Kategori Berita