PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) memberikan tanggapan terhadap pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dalam beberapa hari terakhir. Donny Saputra, Deputy Managing Director PT SIS, menjelaskan bahwa dampak pelemahan rupiah belum terasa secara signifikan dalam jangka pendek. Namun, jika kondisi ini berlanjut dalam jangka waktu yang lebih lama, potensi dampaknya terhadap biaya produksi bisa menjadi nyata.
Meskipun bisnis Suzuki belum secara langsung terpengaruh oleh melemahnya nilai rupiah dalam jangka pendek, Donny menyatakan bahwa jika kondisi ini berlanjut hingga beberapa bulan ke depan, dampaknya mungkin terjadi. Beberapa model Suzuki seperti XL7, Ertiga, dan Carry diproduksi lokal namun masih mengimpor sebagian bahan baku atau komponen dari luar negeri. Depresiasi rupiah akan meningkatkan biaya impor ini, berdampak pada keseluruhan biaya produksi.
Sebagai langkah antisipasi, Suzuki terus memperkuat rasio komponen lokal untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku impor. Hal ini penting untuk menjaga industri, stabilitas tenaga kerja, dan harga jual yang kompetitif di pasar domestik. Meskipun pelemahan rupiah membawa potensi tantangan, Suzuki melihat peluang positif dari sisi ekspor. Dengan nilai tukar yang melemah, pendapatan dari ekspor kendaraan dapat lebih besar saat dikonversikan ke rupiah.
Donny juga menekankan pentingnya menjaga kualitas produk dan kepuasan pelanggan dalam menghadapi perubahan kondisi nilai tukar. Meski pelemahan rupiah berdampak pada biaya produksi, Suzuki masih melihat peluang ekspor yang menguntungkan. Data Bloomberg menunjukkan bahwa rupiah ditutup melemah tipis per Jumat, 25 April 2025. Meski demikian, Suzuki tetap berkomitmen untuk terus meningkatkan rasio komponen lokal sebagai strategi adaptasi terhadap kondisi nilai tukar yang berfluktuasi.