Debat pamungkas Pilgub Jakarta 2024 berlangsung di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (17/11) malam, dengan tema lingkungan perkoraan dan perubahan iklim. Sedangkan subtema, antara lain penanganan banjir, penataan permukiman, penurunan emisi dan polisi udara serta transisi energi terbarukan, pengelolaan sampah, ketersediaan air bersih, serta kota layak huni dan penataan ruang terbuka hijau.
Pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur Jakarta, yakni Ridwan Kamil-Suswono (Rido), Dharma Pongrekun-Kun Wardana (Dharma-Kun), dan Pramono Anung-Rano Karno (Pram-Rano) saling beradu gagasan selama kurang lebih dua jam.
Pengamat politik dari Citra Institute, Yusak Farhan menilai, debat terakhir Pilgub Jakarta berlangsung sengit pada sesi 4 dan 5, atau sesi tanya-jawab masing-masing pasangan calon. Sementara pada sesi 1 hingga 3, debat relatif berlangsung hambar karena masing-masing pasangan calon saling menyetujui pendapat satu sama lain.
Yusak mengatakan, rata-rata tiga pasangan calon sudah jauh lebih baik dibandingkan debat pertama dan kedua. Pada debat terakhir ini, lebih terlihat jelas arah program masing-masing, meski masih terdapat substansi yang menyimpang dari tema debat.
“Tapi sudah cukup lebih baik,” kata Yusak kepada Alinea.id, Minggu (17/11).
Namun, kata Yusak, pasangan Rido yang paling impresif dalam beradu pendapat. Terutama Ridwan Kamil yang tampil apik pada tema lingkungan dan penataan kampung. Secara gamblang, Ridwan tampil percaya diri, sekalipun gagasannya dikritik pasangan calon lain karena dinilai terlalu imajinatif.
“Tapi sebenarnya enggak apa-apa penuh imajinasi karena panggung debat memang seperti itu. Paslon dituntut menyampaikan gagasannya,” ujar Yusak.
Akan tetapi, walau tampil impresif di panggung debat, Yusak melihat, di panggung belakang pasangan Pram-Rano sedang pada elektabilitas yang positif. Sebab mendapat suntikan semangat dan sinyal dukungan dari mantan Gubernur Jakarta Anies Baswedan.
“Pramono ini calon yang masuk ke pemilih heterogen di Jakarta,” tutur Yusak.
Yusak mengatakan, Ridwan yang secara terang-terangan menyinggung mantan Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok sebagai yang paling brutal melakukan penggusuran dan satu partai politik dengan Pram-Rano merupakan responsnya untuk menyikapi pasangan calon nomor urut 3 itu, yang sedang mendapat dukungan dari pendukung Anies.
“Jadi, di panggung debat memang RK (Ridwan Kamil) tampil bagus, tapi panggung belakang Pramono sedang dapat dukungan,” ucap Yusak.
Di sisi lain, meski Pram-Rano mendapat dukungan dari pendukung Anies dan Ahok, menurut Yusak, bisa saja debat terakhir mengubah peta elektabilitas. Karena debat bisa memengaruhi pemilih rasional di Jakarta. Terlebih lagi pemilih gamang yang menentukan pilihan pada menit akhir.
“Jadi, pemilih Jakarta yang banyak pemilih rasional itu sangat mungkin baru menentukan pilihan setelah melihat debat, apalagi undecided voter. Mereka masih cukup besar di Jakarta,” kata Yusak.
Terlepas dari itu, Yusak melihat, tiga pasangan calon sebenarnya tampil dengan membicarakan masalah klasik, seperti banjir, permukiman kumuh, dan sampah. “Jadi, sebenarnya gagasan mereka enggak jauh berbeda satu sama lain,” ujar Yusak.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah Putra mengatakan, pasangan Rido dan Pram-Rano masih normatif dalam gagasan dan ide. Belum mengesankan ada rencana yang cukup menggembirakan.
“Sementara Dharma Pongrekun lebih mengkhawatirkan lagi karena seolah tidak serius dalam hadapi debat, melainkan sekadar formalitas mengikuti alur pilkada,” kata Dedi, Senin (18/11).
Meski demikian, lanjut Dedi, Ridwan masih bisa dianggap lebih baik dari semua kandidat. “Mengingat dia (Ridwan Kamil) memang punya latar pengetahuan dan praktik sebagai arsitek, tepat sebenarnya dia bicara tata kota, termasuk soal lingkungan,” ujar Dedi.
“Dan bisa saja Ridwan akan mendapat peluang dipercaya pemilih Jakarta.”
Dihubungi terpisah, pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin menuturkan, tiga kandidat di debat pamungkas Pilgub Jakarta tampil sangat baik dan cukup impresif. “Saling menguliti satu sama lain,” kata Ujang, Minggu (17/11).
Meski secara gagasan dan ide yang ditawarkan masih cukup banyak cela. Namun, dia menilai, debat ketiga itu bakal memberikan dampak cukup signifikan bagi elektabilitas ketiga pasangan calon pemimpin Jakarta.
“Sebab, cukup banyak pemilih gamang yang akan menjadi perebutan di hari pencoblosan,” tutur Ujang.